salju

Rabu, 26 November 2014

Peradaban di masa Umar bin Abdul Aziz

                                   Peradaban Islam di masa Umar bin Abdul  Aziz

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:  Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: H. Mat Solikin, M.Ag


Description: Description: logo



Disusun Oleh:
1.      Alfi Hidayah                        (123911030)
2.      Alfi Nur Santi                      (123911031)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
       I.            PENDAHULUAN
Memasuki babak dan lembaran baru yang indah dari gelombang-gelombang sejarah yang beralun-alun di pantai sejarah Islam itu menuju cita-cita Islam yang luhur, agung dan mulia, yaitu ‘Izzul wal Muslimin ( kejayaan Islam dan kaum Muslimin ). Suatu mata rantai sejarah yang kait -  berkait dengan kepribadian seorang manusia yang saleh dan taqwa yang memainkan peranan yang amat penting dalam lakon sejarah itu, Umar bin Abdil Aziz.
Ia datang tepat pada waktunya pada zaman kurun kekuasaan Bani Umayyah yang ricuh, bagaikan bintang yang muncul berkelip kelip di langit cakrawala yang gelap gelita diselimuti awan kezaliman yang tebal bergumpal- gumpal itu. Ia datang sebagai penyelamat yang akan mencoba menyelamatkan umat yang telah dan sedang mengalami tindasan berpuluh-puluh tahun lamanya berada dibawah telapak kaki penguasa – penguasa yang mabuk kekuasaan . Ia datang sebagai pemimpin dan da’i yang mengajak dan menyeru kaum Muslimin supaya kembali menghayati kemurnian ajaran Islam dan petunjuk sebagaimana yang diajarkan oleh Rasul Tuhan, Muhammad saw. Karenanya , maka adalah menarik hati untuk mengetahui sejarah pribadi dan identitas tokoh yang terhormat ini dengan seksama.[1]

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana biografi Umar bin Abdil Aziz ?
B.     Bagaimana kedaan pemerintah pada masa Umar bin Abdil Aziz ?
C.     Apa saja perdaban pada masa Umar bin Abdil Aziz ?
 III.            PEMBAHASAN
A.    Biografi Umar bin Abdil Aziz
Umar bin Abdil Aziz nama lengkapnya adalah Abu Hafsah Umar bin Abdil Aziz bin Marwan bin Hakam Ibnul ‘ Ash bin Umaiyah bin Abdi Syams. Ibunya bernama Laila Ummi Ashim binti Ashim bin Umar bin Khattab, khalifah Islam yang kedua. Jelaslah dengan demikian, bahwa dari pihak ayahnya , ia adalah keturunan bangsawan Bani Umaiyah dan dari pihak ibunya bersambung dengan orang besar Islam yang amat terkenal, Umar bin Khattab yang hebat itu.
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang putera Syiria yang dilahirkan di kota Suci Madinah pada tahun 61 H, dan ada pula yang mengatakan pada tahun 63 H, yakni pada tahun tentara Yazid menyerbu negeri itu dibawah pimpinan panglimanya Muslim bin Uqbah dengan kekuatan 12.000 serdadu untuk memadamkan pemberontakan rakyat di negeri itu. Pada saat rusuh dan kacau balau itulah Umar bin Abdil Aziz dilahirkan kedunia sebagai isyarat , bahwa bayi yang baru lahir itulah kemudiannya yang akan dapat membawa kerukunan dan perdamaian bagi negeri yang diamuk bencana itu.
Tatkala ia besar , ayahnya berangkat ke Mesir memangku Jabatan Amir atau Gubernur di negeri itu.  Kemudian tak lama datanglah surat Abdul Aziz, Gubernur Mesir yang baru itu kepada isterinya supaya menyusul dengan menyertakan anaknya Umar bin Abdil Aziz. Ibunya berunding tentang itu dengan Abdullah bin Umar sekaligus meminta pendapatnya tentang surat suaminya itu. Abdullah bin Umar menjawab : “ Dia itu kan suamimu, berangkatlah memenuhi panggilannya kesana, wahai anak saudaraku !” dan ketika Ummu ‘ Ashim mau keluar rumah, Abdullah berkata kepadanya :          “ Tinggalkanlah anak muda ini bersama kami, karena dialah diantara kita yang lebih menyerupai ahlul bait, keluarga suci rumah tangga Rasulullah.
Ummu Ashim tidak menolak permintaan itu, dan tinggallah ia di Madinah dengan nenenknya Abdullah bin Umar bin Khattab.  Tatkala Ummu Ashim berada di Mesir, maka disampaikanyalah kata-kata Abdullah bin Umar itu kepada suaminya, Abdul Aziz dan beliau pun gembira mendengarkan hal itu. [2]
Di kala ummat Islam sedang menikmati kebahagiaan hidup bermandikan cahaya kebenaran dan keadilan dibawah naungan seorang kepala negara yang zahid , maka dengan diam- diam seorang pengkhianatan dan penjahat bergerak untuk membinasakn orang shaleh yang sedang harum semerbak namanya itu. Penjahat yang ingin mematikannya dengan cara pengecut dari belakang karena tidak berani menghadapinya berhadapan dari depan.

 Demikianlah nasib khalifah Umar bin Abdil Aziz yang telah dibunuh oleh racun yang sangat berbisa yang diberikan oleh lawan politiknya melalui seorang khadam yang menghidangkan makanan kepadanya. Bahwasanya khalifah Umar bin Abdil Aziz yang sebenarnya menjadi kebnaggaan bagi Bani Umayyah yang telah dibunuh oleh kaumnya sendiri itu. Kaum feodal Bani Marwan ( Umaiyyah ) telah menaruh dendam kepadanya, karena mereka telah dikurangi kemewahan mereka yang bias mereka menikmati selama ini dan tidak mau hidup sama rata dan sama adil bersama rakyat umum. Tetapi namun demikian , beliau khalifah yang alim penuh tawakal itu tidak menaruh gentar dan tidak menyesal sedikit pun atas pembalasan yang bodoh dari kaumnya. [3]
Sebagai seorang Wali Allah yang keramat, beliau tahu siapa yang berbuat demikian dan tahu pula kapan dan dimana racun dibubuhkan ke dalam makanan. Demikian cepat racun itu bekerja merenggut nyawanya, dan beliau tidak menghalanginya dengan memakan obat anti racun apapun sehingga beliau begitu cepat pergi meninggalkan ummat yang sedang di bina  dan dibimbingnya bersama-sama berjalan dalam jalur Illahi menuju ridha Tuhan. Dimana tampaknya beliau sampai tidak berusaha menyembuhkan dirinya dari serangan racun yang ganas itu, seolah-olah racun itu baginya merupakan jembatan penghubung antara dia dengan kekasih yang selama ini dicintai dan dirindunya dalam suka dan duka, yakni Allah SWT., atau dipandangnya sebagai isyarat baginya untuk mempersiaapkan diri memenuhi panggilan kekasihnya itu. [4]
B.     Pemerintahan pada masa Umar bin Abdil Aziz
Umar bin Abdil Aziz bergelar al-Khalifah as Saleh ( khalifah yang saleh ). Umar mendapat pendidikan di Madinah dari paman ibunya., Abdullah   ibn Umar yang termasyhur. Madinah , yang pada waktu itu menjadi pusat ilmu umat di dunia islam, sangat membantu membentuk gaya hidupnya yang sangat lain dari para khalifah Umayyah lainnya. Ia menetap di Madinah sampai ayahnya meninggal pada tahun 704 Masehi.
Pada tahun itu pula ia dipanggil menghadap pamannya khalifah Abdul Malik, dan dikawinkan dengan putrinya, Fatima. Umar diangkat menjadi gubernur Madinah pada tahun 706 M .
Umar bin Abdil Azziz adalah khalifah Umayyah yang masyhur. Kerajaannya membentang dari tepi laut Atlantik sampai ke dataran tinggi di Pamir. Pemerintahan Umar bin Abdil Aziz , kendati tidak berlangsung lama, seperti oasis di gurun pasir yang luas. Pemerintahannya adalah yang paling baik selama 91 tahun kekhalifahan Umayyah. Berjalan singkat , namun telah mengubah pandangan terhadap negara. Pemerintahannya menumbuhkan kembali kekuatan demokratis .
Tidak seperti gubernur-gubernur otokratis lainnya, ia segera tiba di Madinah membentuk sebuah dewan penasehat , terdiri dari sepuluh ahli hukum kenamaan dan tokoh-tokoh terkemuka di kota suci itu. Dalam menjalankan pemerintahannya, Umar berkonsultasi dengan dewan tersebut. Ia memberi kuasa kepada Dewan untuk mengawasi tindak tanduk bawahannya. Tindakan ini mendapat sambutan dan duungan besar dari penduduk Madinah . Selama dua tahun sebagai gubernur Madinah , ia memperbaiki dan memperbesar Masjid Nabi, serta memperindah kota suci dengan bangunan-bangunan umum. Ia membangun ratusan terowongan air baru, dan memperbaiki  jalan-jalan luar kota yang menuju Madinah.
Pemerintahannya yang patriotis dan adiL menarik banyak kaum pengungsi dari Iran, yang mengeluh ditindas oleh Hajjaj bin Yusuf. Terangkatnya dia ke puncak kekuasaan didahului oleh penghargaan khalifah Umayyah terdahulu, Sulaiman ibn Abdil Malik, yang sangat menghormati Umar bin abdul Aziz. Sulaiman kemudian mengangkat Umar menjadi penggantinya .Ini terjadi menjelang wafatnya Sulaiman , dengan penyerahan jubah kekhalifahannya kepada calon penggantinya itu yang sebenarnya agak segan menerimanya.  . Bagaikan rakyat biasa, ia lebih suka tinggal disebuah tenda kecil dan menyerahkan istana raja untuk didiamai keluarga Sulaiman. Memerintahkan kuda – kuda di istana dilelang dan uangnya disimpan di Baitul Mal. [5]
Bahkan setelah menjadi Khalifah, terjadi sebuah perubahan yang sangat drastis pada dirinya. Dia meninggalkan semua cara hidup bermewah- mewahan dan menjadi seorang zahid dan abid. Dia selalu memperlakuakan cara hidup yang ketat terhadap diri dan keluarganya. Umar bin Abdil Aziz mengembalikan semua harta yang ada pada dirinya ke Baitul Mal. Demikian pula dengan berlian dan harta yang ada pada istrinya dikembalikan ke Baitul Mal. Dia mengharamkan atas dirinya untuk mengambil sesuatu pun dari Baitul Mal. Masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak reformasi dan perbaikan . Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah –tanah yang tidak produktif, menggali sumur – sumur baru, dan membangun masjid- masjid. Dia mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi di zamannya. Berkat ketakwaan dan kesalehannya, dia dianggap sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin.
Terjadi penaklukkan di masa pemerintahannya, dimana pengepungan Konstantinopel terhenti dan dia mememrintahkan pasukan Islam di tarik mundur. Bahkan sangat sedikit terjadi perang di masa pemerintahan Umar. Dakwah Islam marak dengan menggunakan nasihat yang penuh hikmah sehingga banyak orang yang masuk Islam.
Masa pemerintahan Umar bin Abdil Aziz terhitung pendek. Pada masa pemerintahannya tidak terjadi konflik internal yang menonjol, sampai-sampai orang- orang Khawarij menghentikan semua gerakan revolusionernya dan mendatangi Umar untuk melakukan dialog terbuka. Bahkan , banyak diantara mereka yang kembali ke jalan yang benar bersama Umar bin Abdil Aziz.[6]
C.     Peradaban pada masa Umar bin Abdil Aziz
Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdil Aziz (717 – 720 M) , ketika dinobatkan sebagai khalifah dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik dari pada menambah perluasannya. Ini berarti bahan prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya singkat, dia berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah.
Dia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan, kedudukan mawali disejarakan dengan muslim arab. [7]
Selain itu,  Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang mempelopori penulisan  hadis. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibn Hajm , gubernur Madinah untuk menuliskan hadis yang ada dalam hafalan – hafalan penghafal hadis.  Atas perintah khalifah, pengumpulan hadis dilakukan ulama’. Diantaranya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Muslim ibn Ubaidillah ibn Syihab az-zuhri ( guru imam malik ). [8]
Baitul Mal ( pusat perbendaharaan negara ) adalah milik semua rakyat negara. Kaum Umayyad sebelum Umar bin Abdul Aziz telah mencuri kekayaannya, dengan menggunakan barang- barang hadiah dan uang yang disimpan didalamnya untuk kepentingan mereka sendiri.  Sebagai kelas yang diistimewakan, mereka menarik sejumlah uang dan gaji yang besr dari padanya,. Sumber- sumber pendapatan negara dicampur adukkan dan dipakai secara tidak bertanggung jawab. tidak ada pula norma- norma atau peraturan –peraturan yang dijadikan pegangan . keuangan negara menjadi sanagt kacau  karenanya, Khalifah merevisi ( merombak ) keseluruhan tata administrasi keuangan , menghentikan pemberian bayaran-bayaran. Dan hadiah – hadiah kepada orang – orang yang tidak berhak maupun kaum parasit. Seperti khalifah- khalifah lainnya, ia meletakkan pos- pos pemasukan pengeluaran di bawah hukum Syari’ah. [9]

 IV.            KESIMPULAN
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang putera Syiria yang dilahirkan di kota Suci Madinah pada tahun 61 H. Dari pihak ayahnya , ia adalah keturunan bangsawan Bani Umaiyah dan dari pihak ibunya bersambung dengan orang besar Islam yang amat terkenal, Umar bin Khattab yang hebat itu.

Umar bin Abdil Azziz adalah khalifah Umayyah yang masyhur. Pemerintahannya berjalan singkat, namun telah mengubah pandangan terhadap negara. Pemerintahannya menumbuhkan kembali kekuatan demokratis . Masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak reformasi dan perbaikan . Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah –tanah yang tidak produktif, menggali sumur – sumur baru, dan membangun masjid- masjid. Dia mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi di zamannya. Berkat ketakwaan dan kesalehannya, dia dianggap sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin.
ketika dinobatkan sebagai khalifah dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik dari pada menambah perluasannya. Ini berarti bahan prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri.. Dia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan, kedudukan mawali disejarakan dengan muslim arab.
    V.            PENUTUP
Demikian yang dapat penulis sampaikan tentang peradaban Islam di masa Umar bin Abdil Aziz. Penulis menyadari bahwa dalam menyajikan makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi kebaikan bersama. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala perhatian beserta partisipasinya dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga apa yang kita pelajari dan kita dapatkan kali ini bermanfaat dan mendapat ridlo beserta berkah dari Allah. Amin




[1] Firdaus , Kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdil Aziz, ( Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988 ) , hlm. 52
[2] Firdaus , Kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdil Aziz, ( Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988 ) , hlm. 52- 55
[3]  Firdaus , Kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdil Aziz, ( Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988 ) , hlm. 202-203
[4] Firdaus , Kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdil Aziz, ( Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1988 ) , hlm. 203- 206
[5] Jamil Ahmad,  Seratus Muslim Terkemuka  , ( Jakarta : Pustaka Firdaus , 1987 ), hlm .55-56
[6] Ahmad al-‘Usairy, Sejarah Islam , ( Jakarta : Akbar Media, 2013 ), hlm.  204- 205
[7] Badri Yatim,  Sejarah Peradaban Islam , ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003 ), hlm. 47
[8] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam , ( Bandung : Pustaka Setia, 2008 ), hlm. 108-109
[9]Imam Munawwir, Mengenal pribadi 30 pendekar dan pemikir Islam dari masa ke masa, ( Surabaya  :1983 ) hlm. 192


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jamil.  1987. Seratus Muslim Terkemuka . Jakarta : Pustaka Firdaus.
Al-‘Usairy, Ahmad.  2013. Sejarah Islam . Jakarta : Akbar Media.
Firdaus.1988. Kepemimpinan Umar bin Abdil Aziz. Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya
Munawwir, Imam. 1983.  Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikir Islam dari masa ke masa. Surabaya .
Supriyadi,  Dedi. 2008 . Sejarah Peradaban Islam , Bandung : Pustaka Setia
Yatim, Badri. 2003.  Sejarah Peradaban Islam ,  Jakarta : PT .Raja Grafindo Persada.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar