Berikut adalah kiat-kiat praktis agar belajar menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak.
- Ciptakan Lingkungan Tanpa Stres (Rileks).Seorang ibu mengeluh bahwa anaknya yang baru kelas 3 SD sudah dapat mengungkapkan bahwa dirinya stres. Jika dipikir-pikir, anak-anak mendapatkan banyak tekanan, baik dari guru-guru di sekolah maupun orangtua dengan harapan-harapan yang terkadang kurang realistis demi terpenuhinya cita-cita orangtua yang dulu tidak berhasil dicapai.Orangtua hendaknya tidak terlalu menekankan nilai, kelulusan, dan gelar, sebab hakekat belajar bukan terletak pada itu semua. Saya ingat sekali pengalaman saya sewaktu di SD. Saya sangat lemah dalam bidang matematika. Setiap kali akan ulangan matematika, orangtua saya membuatkan soal latihan banyak sekali yang mencakup seluruh materi pelajaran yang telah diajarkan. Pada hari itu saya pasti tidur sangat malam karena orangtua terus mendesak saya menyelesaikan semua soal yang ada sampai saya menangis-nangis memohon agar hal ini segera diakhiri. Hingga keesokan paginya pun, orangtua saya tetap berusaha menggunakan menit-menit terakhir bahkan terkadang sampai di gerbang sekolah pun saya masih dijejali rumus-rumus yang harus dihafalkan.Tidak dapat disangkal bahwa akhirnya kepanikan orangtua juga menular pada diri saya sehingga betapa keras pun usaha orangtua mengajar saya, nilai saya tetap jelek, kadang-kadang pas-pasan. Yang jelas, sejak itu saya jadi agak alergi dengan pelajaran matematika.Anak tidak bisa belajar efektif dalam keadaan stres. Syarat pembelajaran yang efektif adalah lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi anak, penting bagi orangtua agar rileks dan tidakmenetapkan target atau menuntut anak melebihi kemampuannya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tuntutan dari orangtua dengan budaya yang berbeda. Orangtua dari budaha Jepang dan Cina menetapkan standar yang lebih tinggi terhadap prestasi anak, mengevaluasi dengan ketat hasil yang diperoleh, dan mendorong anak untuk bekerja lebih keras. Sedangkan orangtua Amerika lebih menekankan kemampuan dasar (IQ) anak daripada kerja keras dalam mencapai prestasi akademik. Sebenarnya perlu bagi orangtua untuk merefleksi diri dan menjawab dengan jujur pertanyaan; "Apakah yang saya lakukan ini adalah untuk kepentingan anak saya atau untuk kepentingan diri saya sendiri?"
Manfaat Sarana Bermain untuk Belajar.
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain adalah
metode belajar yang paling efektif. Anak-anak belajar dari segala
kegiatan yang mereka lakukan. Kuncinya adalah bagaimana mengubah
kegiatan bermain menjadi pengalaman belajar. Ketika anak merasa senang
dan nyaman, ia akan mampu belajar dengan baik. Bagi anak kecil yang
sedang belajar menghafal kata-kata yang berlawanan seperti kata atas dan
bawah, sambil bermain bola kita bisa mengucapkan "jika bola dilempar ke
atas pasti akan jatuh ke bawah", belajar kata nyala dan padam dengan
memainkan lampu, belajar kata buka dan tutup melalui pintu yang dubuka
dan yang ditutup, dan seterusnya. Bagi anak yang lebih besar, saat
ulangan pelajaran hafalan, orangtua dapat menanyakan kembali melalui
permainan tebak-tebakan dengan sistem poin. Jumlah poin yang diperoleh
dapat ditukar dengan makanan kesukaannya. Yang ingin ditekankan di sini
bukan pada permainannya, tapi kegembiraan yang menyertai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor emosi
sangat penting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Ketika suatu
pelajaran melibatkan emosi positif yang kuat, umumnya pelajaran tersebut
akan terekam dengan kuat pula dalam ingatan. Untuk itu, dibutuhkan
kreatifitas guru dan orangtua untuk menciptakan permainan-permainan yang
dapat menjadi wadah dan sarana anak untuk belajar, misalnya melalui
drama, warna, humor, dan lain-lain.
Gunakan Kelima Indra Anak sebagai Jalur Belajar.
Bagian neokorteks dari otak kita terbagi dalam
beberapa fungsi khusus seperti fungsi berbicara, mendengar, melihat dan
meraba. Kita menyimpan memori-memori indrawati di tempat yang berbeda.
Jika ingin memiliki memori yang kuat, kita harus menyimpan informasi
dengan menggunakan semua indera kita - melihat, mendengar, berbicara,
menyentuh, dan membaui. Anak-anak umumnya belajar melalui pengalaman
konkret yang aktif. Untuk memahami kondep 'bulat' yang abstrak, seorang
anak perlu bersentuhan langsung dengan benda-benda bulat, apakah itu
dengan cara melihat dan meraba benda bulat atau dengan cara
menggelindingkan bola. Menurut Vernon A. Magnesen dalam Quantum
Teaching, kita belajar 10% dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang
kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat
dan dengar; 70% dari apa yang kita katakan; dan 90% dari apa yang kita
katakan dan lakukan.
Pakailah Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas.
Ubahlah segala sesuatu yang ada di sekitar kita
menjadi pengalaman belajar. Marzollo dan Lloyd berkata demikian;
"Semuanya tersedia di sekitar Anda." Berikut ini adalah beberapa ide
kreatif dari buku Revolusi Cara Belajar, oleh Gordon Dryden & Dr.
Jeanette Vos:
" Belajar tentang berbagai bentuk.
Bentuk lingkaran bisa dilihat pada roda, balon,
matahari, bulan, kacamata, mangkok, piring, uang logam; sedangkan
persegi panjang bisa dilihat pada pintu, jendela, buku, kasur.
Bujursangkar bisa dilihat di layar komputer, televisi, kotak tissu,
saputangan, taplak meja; sedangkan segitiga bisa dilihat pada pohon
Natal, rumah, gunung, dan tenda.
" Belanja di supermarket menjadi petualangan belajar.
Sebelum belanja, minta anak-anak Anda untuk mengecek kulkas dan seluruh
isi rumah, kira-kira apa saja yang dibutuhkan oleh mereka dan seluruh
anggota keluarga. lalu diadakan lomba waktu berada di supermarket. Siapa
yang paling cepat dan paling banyak menemukan barang-barang yang
dibutuhkan, dialah yang menang.
" Belajar menghitung benda-benda nyata
Minta anak untuk menghitung benda-benda yang dapat disentuhnya,
misalnya; "Kamu punya satu hidung dan berapa mata? Berapa jarimu?"
libatkan juga anak ketika Anda menyiapkan meja untuk dua, tiga, atau
empat orang. Atau biarkan anak Anda yang menghitung uang ketika membayar
di kasir.
" Belajar mengkategorikan sesuatu. Otak menyimpan
informasi melalui asosiasi (persamaan) dan penggolongan atau kategori
dan Anda bisa menciptakan kegiatan bermain anak sambil bekerja. Waktu
Anda hendak membereskan pakaian, anak bisa diminta untuk memilah-milah
berdasarkan warna pakaian, jenis pakaian, maupun pemilik. Dengan
demikian, Anda dapat tetap mengerjakan tugas rumah tangga sambil anak
juga belajar tentang sesuatu.
Pentingkan dorongan positif.
Berdasarkan penelitian, anak sejak usia dini
rata-rata menerima enam komentar negatif untuk satu dorongan positif
yang diterimanya. Saya kira, tingkat perbandingan dorongan positif dan
negatif di Indonesia akan jauh lebih besar. Kebanyakan kita dibesarkan
dalam lingkungan dengan komentar negatif yang lebih banyak daripada yang
positif. Padahal dorongan positif memiliki kekuatan yang sangat besar
untuk membangun rasa percaya diri anak dan memacu semangat agar anak
berprestasi dengan lebih baik lagi. Sebagai orangtua yang mungkin
dibesarkan dalam keluarga yang lebih banyak memberikan komentar negatif,
seyogyanya kita lebih berhati-hati agar kita tidak mengulang kesalahan
yang sama pada anak-anak kita.
CINTA adalah resep penting dalam pendidikan anak.
Prof. Diamond, seorang ahli saraf, mengingatkan bahwa
cinta merupakan resep paling penting dalam dunia pendidikan anak.
Kehangatan dan kasih sayang adalah faktor utama dalam mendukunga
perkembangan seutuhnya. Sentuhan emosi memberikan dampak besar dalam
proses belajar anak.
Perlu diketahui bahwa kapasitas otak manusia tidak
terbatas. Seseorang bisa terus belajar sejak lahir sampai akhir
hidupnya. Menurut Antonia Lopez, "Tugas utama orang dewasa adalah
menyediakan sebanyak mungkin kesempatan yang sesuai dengan tingkat umur
dan mengembangkannya secara bertahap." Otak pun akan mampu bekerja
secara efektif bila digunakan secara teratur. Ada pepatah kuno berbunyi
demikian; "If you don't use it, you lose it"-Jika tidak digunakan, Anda akan kehilangan otak Anda.
SUMBER : http://www.telaga.org/artikel/belajar_yang_menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar