salju

Rabu, 07 Januari 2015

MEMBANGUN SUMBER DAYA BANGSA DENGAN PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN


MEMBANGUN SUMBER DAYA BANGSA DENGAN PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN
       I.            PENDAHULUAN
Individu manusia lahir tanpa memiliki pengetahuan apapun, tetapi ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk menguasai berbagai pengetahuan dan peradaban. Dengan memfungsikan fitrah itulah ia belajar dari lingkungan dan masyarakat maupun orang dewasa yang mendirikan institusi pendidikan. Lahirnya suatu sistem pendidikan bukanlah hasil suatu perencanaan menyeluruh melainkan langkah demi langkah melaui eksprimentasi dan didorong oleh kebutuhan praktis di bawah pengaruh kondisi sosial, ekonomi, dan politik.[1]
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Memang pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat,dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka. [2]

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa definisi dan dasar  ilmu pendidikan islam ?
B.     Apa definisi pendidikan dalam Islam dan pendidikan Islam ?
C.     Apa saja tujuan pendidikan Islam  dan tujuan pendidikan agama Islam?
D.    Bagaimana peran filsafat dalam pendidikan ?
E.     Bagaimana meningkatkan sumber daya bangsa dengan pendidikan yang berkualitas?
F.      Bagaimana peran pendidikan berkarakter bagi Indonesia ?


 III.            PEMBAHASAN
A.    Definisi dan Dasar  Ilmu Pendidikan Islam
1.      Definisi Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan islam. Isi ilmu adalah teori, maka isi ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan. lmu pendidikan islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran islam.
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-qur’an dan hadis serta akal. Jika demikian , maka ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan  Al-qur’an, hadis , dan akal.  Oleh karena itu, teori dalam pendidikan islam haruslah dilengkapi denagn ayat-ayat Al-qur’an   dan  hadis atau argumen ( akal ) yang menjamin teori tersebut.[3]
2.      Dasar ilmu pendidikan islam                                                        
Ilmu pendidikan isinya teori-teori tentang pendidikan. Ilmu pendidikan Islam isinya teori-teori tentang pendidikan yang berdasarkan Islam. Dimana dalam sejarah telah meneorikan bahwa sekarang ini kitab suci yang terjamin keasliannnya adalah Al-Qur’an. Oleh karena itu, orang islam mengambil kitab suci Al-Qur’an sebagai dasar kehidupannya, untuk dijadikan sumber ajaran Islam. Inilah pula yang dijadikan dasar bagi ilmu pendidikan Islam.
Al –Qur’an di dalam ayat-ayatnya ternyata memberikan jaminan juga kepada hadis nabi Muhammad SAW. Ada perintah Tuhan yang mengatakan bahwa manusia beriman wajib mengikuti Allah dan rasul-Nya. Perintah inilah ( secara etimologis , jaminan inilah ) yang dijadikan dasar kedua bagi kehidupannya. Sampai saat ini telah diketahui dua dasar aturan hidup dalam islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis.
Kemudian , ternyata Al-Qur’an dan hadis nabi SAW, juga menunjukkan bahwa akal dapat juga digunakan dalam membuat aturan hidup bagi orang islam ,yaitu bila Al-Qur’an  dan hadis tidak menjelaskan aturan itu, dan aturan yang dibuat oleh akal tersebut tidak bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an dan hadis . Karena pendidikan menduduki posisi terpenting dalam kehidupan manusia, maka wajarlah orang islam meletakkan Al-Qur’an , hadis, dan akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya. Itulah sebabnya ilmu pendidikan islam memilih Al-Qur’an dan hadis sebagai dasarnya.[4]
B.     Definisi Pendidikan Dalam Islam dan Pendidikan Islam
1.      Pendidikan dalam Islam
  Menurut Marimba ( 1989:19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan Alfred North Whitehead mengambil pengertian pendidikan yang sangat sempit. Ia menyatakan bahwa pendidikan adalah pembinaan ketrampilan menggunakan pengetahuan ( Park , 1960:253 ). Lodge ( 1974:23 ) menyatakan bahwa pendidikan dalam pengertian sempit malahan sekadar pendidikan di sekolah. 
Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat dibagi tiga : (1) kegiatan pendidikan oleh diri sendiri, (2) kegiatan pendidikan oleh lingkungan, dan (3) kegiatan pendidikan oleh orang lain terhadap orang tertentu.  Adapun binaan pendidikan dalam garis besarnya mencakup tiga daerah yaitu : (1) daerah jasmani, (2) daerah   akal, dan (3) daerah hati. Tempat pendidikan juga ada tiga yang pokok : (1) Di dalam rumah tangga, (2) Di masyarakat, dan (3) Di sekolah.[5]
2.      Pendidikan Islam
  Adapun pengertian pendidikan Islam , bisa ditinjau dari sempit dan luas. Pengertian sempit adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk pentransferan atau penyaluran ilmu ( knowledge ) , nilai ( value ) dan ketrampilan  ( skill ) berdasarkan ajaran Islam dari seorang pendidik terhadap seorang yang didiknya, guna terbentuk pribadi Muslim yang seutuhnya atau sesungguhnya. Hal ini lebih bersifat proses pembelajaran , dimana ada pendidik, peserta didik dan ada bahan ( materi ) yang disampaikan dengan ditunjang dengan alat-alat yang digunakan.
Sedangkan pendidikan Islam dalam arti luas, tidak hanya terbatas kepada proses penyaluran yang mencangkup tiga ranah di atas, akan tetapi mencangkup sejarah, pemikiran dan lembaga. Dengan demikian, terdapat kajian tentang sejarah pendidikan Islam, pemikiran pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam, dan lain-lain. [6]
C.     Tujuan Pendidikan Islam dan Tujuan Pendidikan Agama Islam .
1.      Tujuan Pendidikan Islam
Dasar kehidupan adalah pandangan hidup. T.S Eliot ( Du bois, 1979:4 ) menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu tujuannya  harus diambil dari pandangan hidup. Al –Attas ( 1979 : 1 ) menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik, sedangkan Marimba ( 1964 : 39 ) berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian Muslim.
Menurut Abdul Fattah Jalal ( 1988 : 119 ), tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Ia mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan tujuan-tujuan khusus. Dengan  mengutip surat al-Takwir ayat 27, Jalal menyatakan bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskaan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah adalah beribadah kepada Allah. Dalam konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam (1977 ) berkesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah ( Ashraf,1989 : 2).[7]
2.      Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasinya dalam kehidupan dan sekaligus pegangan hidup. Kemudian secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam dan bertakwa kepada Allah atau “ hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil ” ( Ramayulis, 1998 : 83 ).
H.M.Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah            “ membina dan mendasari kehidupan anak dengan nilai-nilai syariat Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama ” ( Arifin, 1991 : 51 ). Sedangkan Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama adalah “ beribadah dan bertaqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat ”. Berpedoman  dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah untuk membentuk manusia yang mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.[8]
Mengingat pentingnya fungsi dan tujuan pendidikan juga telah dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Maka dari itu,  agar  tujuan pendidikan dapat dicapai akan pendidikan hendaknya dikelola secara provesional dengan manajemen yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang mempunyai motivasi kerja tinggi , termasuk didalamnya adalah lembaga pendidikan Islam.
Dalam hal ini, pandangan pokok mengenai proses pendidikan sepanjang hidup adalah berlangsung dijalur formal, informal, maupun non-formal. Lembaga pendidikan Islam masuk dalam kategori lembaga pendidikan formal dan sangat memungkinkan untuk dapat dijadikan sebagai proses pengembangan kualitas SDM Indonesia.[9]
Suatu lembaga pendidikan pada dasarnya adalah upaya pelembagaan dan formalitas pendidikan sehingga kegiatan, fungsi, dan proses pendidikan dalam suatu masyarakat bisa berlangsung secara lebih terencana , sistematis, berjenjang dan profesional. [10]
D.    Peran  filsafat dalam pendidikan
Hubungan antara filsafat dan pendidikan ibarat hubungan dua sisi mata uang, yaitu dua aspek dari hakikat yang satu, sebab pendidikan pada hakikatnya merupakan aplikasi praktis dari filsafat. Filsafat merupakan lapangan berpikir manusia tentang hakikat ( semua hakikat ), sementara pendidikan merupakan proses yang mengubah individu dari sekedar struktur organisme ( biologis ) menjadi makhluk sosial yang berpikir, bertingkah laku, dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Dengan pembatasan dua ruang lingkup tersebut dapat dipahami hakiakat hubungan antara filsafat dan pendidikan serta ruang lingkup bersama yang lahir dari keduanya yaitu filsafat pendidikan.
Filsafat telah berkembang dari sekedar berarti cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan menjadi berpikir sistematis tentang ontologi, epistemologi, dan aksiologi, dari berpikir tentang metafisika menjadi berpikir tentang manusia dengan segala problemnya, alam, dirinya , dan lain-lain, dari bersandar kepada mazhab-mazhab ekslusif dan sistem-sistem yang elastis,serta dari mendukung yang absolut menjadi percaya kepada yang relatif. Pendek kata, filsafat merupakan khazanah umat manusia yang berisi perkembangan kemajuan manusia menuju kematangannya. Sedangkan pendidikan merupakan proses pemberian sifat sosial-kemanusiaan ( humanisasi ) kepada makhluk hidup. Pendidikan memberi manusia sifat-sifat kemanusiaan yang membedakannya dari makhluk-makhluk hidup lainnya, serta memberinya pola-pola  hidup dalam suatu masa dengan harapan ia akan menerapkannya kemudian menambah dan menguranginya sendiri.
Dengan makna tersebut, pendidikan dipandang sebagai seni mentransfer warisan dan ilmu membangun masa depan . pendidikan merupakan proses pengembangan individu secara menyeluruh didalam pusat sosialnya. Pendidikan merupakan proses persiapan untuk hidup melalui kehidupan itu sendiri, dimana aspek –aspek fisik, intelektual, dan spiritual individu diperhatikan. Atas dasar itu,tugas pendidik adalah memperhatikan pendidikan hati, kepala, dan tangan                ( heart, head, hand  ). Perhatian tersebut diberikan dalam wujud menghubungkan pendidikan dengan kehidupan dan berbagai problemnya.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika. Logika adalah ilmu tentang berpikir secara benar, dimana logika formal  masih menjadi landasan ilmu, hingga kedudukannya digantikan oleh logika dialektis. Logika formal dibangun atas prinsip koherensi, sementara logika dialektis atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi.  Dengan demikian , logika formal menguuji semua itu sebagaimana adanya, sementara logika dialektis mengujinya dari sisi pembentukannya. Filsafat dipandang sebagai aspek teoritis-ilmiah, sementara pendidikan sebagai aspek praktis terapan. Antara keduanya terdapat hubungan dialektis-interaktif.
Pendidikan dan filsafat memiliki kesamaan dalam objek, dan perbedaaan dalam metode. Objek pendidikan ialah manusia seutuhnya, bagi filsafat pun manusia merupakan pusat segala objeknya. Metode  pendidikan bersifat praktis-ilmiah terapan, sementara metode  filsafat bersifat rasional-reflektif. Dengan kata lain, objek filsafat lebih luas ketimbang objek pendidikan, tetapi metode pendidikan lebih banyak dibanding metose filsafat.Filsafat membutuhkan pendidikan untuk mengukuhkan perannya sebagai metode yang diwujudkan dalam bentuk praktik kependidikan. Sementara itu, pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa tujuan yang digariskan sesuai asas-asas filosofis yang bersandar pada orientasi tertentu yang jelas. [11]
E.     Meningkatkan sumber daya bangsa dengan pendidikan yang berkualitas
Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia           ( SDM ) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh sumber daya alamnya, melainkan oleh kualitas SDMnya. Walaupun Indonesia selama ini dikenal memiliki kekayaan alam yang berlimpah, tetapi kalau SDM kita tidak mumpuni, maka kita hanya akan menjadi orang-orang upahan.  Ada beberapa ukuran keberhasilan sebuah negara, yaitu : menyangkut kualitas SDM, kemampuan manajerial, dan potensi ekonomi. Kita sangat prihatin bahwa peringkat SDM bangsa Indonesia,termasuk rendah diantara negara-negara ASEAN.  Indonesia saat ini berada diperingkat 105 dari 173 negara yang disusun oleh UNDP. Rendahnya SDM negara kita, dikarenakan rendahnya mutu pendidikan. Pendidikan mempunyai peran penting, karena pendidikan akan mampu meningkatkan sumber daya manusia ( SDM ) yang berkualitas, sehingga sumber daya alam di tanah air akan terolah dengan baik. Karena itu, program-program yang disusun oleh pemerintah hendaknya dilakukan secara matang dan benar-benar didasarkan pada potensi daerah masing-masing , sehingga bisa disebut visioner,juga rasional dan realistis.
Selanjutnya , pendidikan adalah kunci untuk membangun sumber daya manusia ( SDM ). Terhambatnya peningkatan SDM Indonesia disebabkan oleh tidak terfokusnya arah pembangunan SDM itu sendiri. Antisipasi menghadapi ancaman semakin minimnya SDM itu harus melibatkan pemegang kebijakan politik tertinggi. Kebijakan itu akan menjadi bagian dari wawasan yang dimiliki para pemimpin dalam menjalankan proses kepemimpinan. Oleh karena itu, komitmen ditingkat pemimpin sangat dibutuhkan . komitmen tersebut juga membutuhkan sistem politik secara menyeluruh. Yang terpenting, masyarakat jangan lengah bahwa pekerjaan rumah terbesar bangsa Indonesia adalah menjawab tantangan untuk mampu membangun bangsa ini kembali.
Pembangunan fisik yang menunjang peningkatan SDM memang terjadi, baik di perkotaan maupun pedesaan. Hanya saja, suatu bangsa tidak akan menjadi besar jika sekadar mengandalkan pembangunan fisik. Bangsa ini harus juga membangun SDM secara arif dan bijaksana. Kalau meruntut sejarah peradaban bangsa menunujukkan bahwa negara-negara yang bersedia menempatkan prioritas penting pada sektor pendidikan dalam proses pembangunan bangsanya, saat ini berada dalam keadaan yang makmur dan menguasai berbagai macam ragam ilmu pengetahuan dan teknologi . Hal itu dapat dicontohkan Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Kanada, dan Jepang. Negara – negara itu pada awal pembangunan bangsanya menempatkan pendidikan pada tingkat prioritas yang tinggi. Hal itu dilakukan karena mereka yakin bahwa hanya dengan melalui proses dan pembangunan sektor pendidikan secara berkesinambungan, peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan secara signifikan.
Kualitas SDM pada gilirannya akan jauh lebih penting jika dibandingkan dengan sumber-sumber alam yang tersedia dimasing-masing negara. Sumber alam yang melimpah tidak akan berarti apap-apa tanpa sentuhan ketrampilan manusia-manusia yang terdidik. Contoh konkret pada negara tetangga, seperti Jepang dan  Singapura. Meskipun sumber alamnya yang tidak semelimpah Indonesia, tetapi dengan SDM yang berkualitas baik, mereka mampu menciptakan kkemakmuran dan keadilan bagi bangsanya. Contoh itu semestinya mampu menggerakkan semangat pemerintah untuk membangun pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas SDM.
Pendidikan sebagai pilar peningkatan sumber daya bangsa. Sebab , pendidikan adalah faktor penentu kemajuan bangsa di masa depan. Jika kita, sebagai bangsa, berhasil membangun dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang yang lain. Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia ( human investment ), yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) suatu bangsa.
Bangsa –bangsa maju di dunia pasti ditopang oleh SDM berkualitas, sehingga memiliki keunggulan ampir disemua bidang, termasuk ekonomi. Menurut sejumlah ahli, krisis ekonomi yang demikian dahsyat yang melanda Indonesia, selain disebabkan  oleh faktor-faktor teknis ekonomi, juga dikarenakan terbatasnya SDM  yang kita miliki. Padahal SDM yang berkualitas merupakan unsur penting dalam membangun daya tahan ekonomi bangsa. Krisis akut sekarang ini seolah menegaskan dan semakin meyakinkan kita, betapa faktor SDM itu amat vital. Pendidikan merupakan salah satu elemen paling penting dalam SDM. Terlebih lagi memasuki abad ke-21 yang ditandai oleh proses globalisasi, dengan persaingan yang sangat ketat, maka bangsa Indonesia dituntut untuk menyiapkan SDM berkualitas yang memiliki keunggulan kompetitif. Semua itu hanya bisa diperoleh melalui pendidikan yang bermutu. Dengan demikian, pendidikan yang baik dan bermutu  merupakan conditio sine quanon  bagi upaya memenangkan kompetesi global.
Dalam teori pembangunan konvensional , masalah SDM belum mendapat perhatian secara proporsionaal. Teori ini masih meyakini bahwa sumber pertumbuhan ekonomi itu terletak pada konsentrasi modal fisik ( physical capital) yang diinvestasikan dalam suatu proses produksi seperti pabrik dan alat-alat produksi. Modal fisik termasuk pula pembangunan infrastruktur secara transportasi, komunikasi, dan irigasi untuk mempermudah proses transaksi ekonomi. Namun , belakangan terjadi pergeseran teori pembangunan, bahwa yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi justru faktor modal manusia ( human capital ) yang bertumpu pada pendidikan. Pergeseran teori ini terjadi bersamaan dengan pergeseran paradigma pembangunan, yang semula bertumpu pada kekuatan sumber daya alam  ( natural resource based ) , kemudian berubah menjadi bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia  ( human resource based ) atau lazim pula disebut knowledge based economy. Pergeseran paradigma ini makin menegaskan, betapa aspek SDM bernilai sangat strategis dalam pembangunan.
Dalam teori pembangunan kontemporer dikemukakan bahwa pendidikan mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan pembangunan ekonomi, ada hubungan yang signifikan antar pendidikan dan pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Karena itu, investasi dibidang pembangunan SDM bernilai sangat strategis dalam jangka panjang, sebab ia memberikan kontribusi yang amat besar terhadap kemajuan pembangunan , termasuk untuk memacu pertumbuhan ekonomi.  si, sehingga memberikan stimulasi bagi pertumbuhan ekonomi.
Jadi, nilai ekonomi pendidikan itu terletak pada sumbangnya dalam menyediakan atau memasok tenaga-tenaga kerja terdidik, terampil, berpengetahuan, adn berkompetensi tinggi sehingga lebih produktif. Lebih dari itu, pendidikan dapat mengembangkan visi dan wawasan tentang kehidupan yang maju dimasa depan, serta menanamkan sikap mental dan etos kerja tinggi. Kedua hal tersebut , secara psikologis akan melahirkan energi yang dapat mendorong dan menggerakkan kerja-kerja produktif untuk mencapai kemajuan dimasa depan. Menurut pengalaman sejumlah negara bik di negara-negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang, investasi di bidang pendidikan itu secara nyata memberikan kontribusi yang relatif berarti terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dengan melihat data tersebut dapat dikatakan bahwa investasi dibidang pendidikan mempunyai makna sangat positif, untuk mendorong pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, dalam konteks Indonesia, agenda pendidikan yang amat strategis dimasa depan  adalah mengupayakan agar alokasi anggaran pendidikan dapat ditingkatan , bahkan seyogjanya lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pembangunan yang lain. Demikianlah , kita menyadari sepenuhnya bahwa pendidikan merupakan agenda penting dan strategis , bukan saja untuk meningkatkan kualitas bangsa, melainkan juga untuk mendorong kemajuan seluruh masyarakat. Karena itu, seluruh komponen bangsa harus mempunyai komitmen bersama untuk membangun pendidikan, terutama ketika disadari bahwa pendidikan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Membangun pendidikan menjadi lebih penting lagi terutama dalam menyosong milenium ketiga, yang ditandai oleh arus globalisasi yang menuntut daya saing tinggi. Karena itu, menyiapkan SDM yang berkualitas melalui upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak. [12]
Sehingga dapat dipahami bahwa pendidikan menjadikan tolak ukur pembangunan  sumbe daya manusia nya. Maka perlu diperhatikan bahwasanya pendidikan tidak sekedar diberikan secara text book , tetapi harus memberikan kreatifitas pada siswanya. Sebab , bagaimanapun juga pendidikan dan kreatifitas pada satu kesatuan yang terpadu.  Institusi pendidikan Islam haruslah pandai-pandai (kreatif ) dalam membangun model pendidikan. Karenanya , pendidikan Islam harus mampu melahirkan dan mengembangkan kreativitas peserta didik. Sekolah yang unggul, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi pada hakikatnya diukur dari keberhasilan mengembangkan pendidikan yang mampu menumbuh-kembangkan kreativitas peserta didik.
Selain tugas institusi pendidikan, sebenarnya dalam membentuk kreativitas, orang tua turut berperan. Demikian juga disekolah, tak kalah pentingnya para guru berkewajiban menciptakan kondisi pembelajaran yang mengasyikkan sekaligus mencerdaskan. Persoalan yang juga tidak kalah pentingnya dalam pendidikan di Indonesia adalah meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan memperhatikan kualitas guru.
Menurut Munawar Sholeh ( 2005 ), bahwasanya untuk membangun kualitas huru harus didahului dengan meningkatkan kesejahteraan guru.  Dan perlu kita pahami bahwa kunci perbaikan kualitas pendidikan, terutama di tingkat dasar adalah ketersediaan guru-guru yang bermutu. Tanpa guru-guru yang bermutu, intervensi yang dilakukan pemerintah tidak akan menjadikan pendidikan nasional berkualitas.[13]
F.      Peran pendidikan berkarakter bagi Indonesia
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004:95 ), yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Dalam konteks kajian P3, mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai “ pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pembangunan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. [14]
Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku nilai. Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad SAW, yaitu Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah. Tentu dipahami bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya. Karena Nabi Muhammad SAW juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lain. Banyak nilai yang dapat menjadi perilaku atau karakter dari berbagai pihak. Nilai yang dikembangkan oleh Arry Ginannjar dalam 7 budi utama yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil , peduli. Apa yang dirumuskan oleh Ary Ginanjar Agustian merupakan hasil refleksi terhadap perjalanan bangsa ini dari waktu ke waktu. [15]Untuk itu kepentingan pendidikan karakter , sekolah perlu mengembangkan sejumlah nilai yang dianngap penting untuk dimiliki setiap lulusan.
Dalam perspektif Lickona ( 1991:43 ), nilai yang dianngap penting untuk dikembaangkan menjadi karakter ada dua, yaitu respect ( hormat ) dan responsibilityr ( tanggung jawab ). Lickona menganggap penting kedua nilai tersebut untuk  ( 1 ) pembangunan kesehatan pribadi seseorang, ( 2 )  menjaga hubungan interpersonal, (3 ) sebuah masyarakat yang manusiawi dan demokratis,  dan ( 4 ) dunia yang lebih adil dan damai. Untuk memudahkan kita memilih nilai yang mana yang perlu dikembangkan oleh bangsa saat ini dan kedepan, maka perlu untuk dikaji mengenai ondisi dan permasalahan krusial yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas, adil dan maklur sebagaimana dicita-citakan oleh pendiri negara Indonesia.
Dalam kajian pusat pengkajian pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia ( P3 UPI ) nilai yang perlu diperkuat untuk pembangunan bangsa saat ini adalah :
1)      Jujur
    Jujur merupakan sebuah karakter yang harus dimiliki bangsa ini Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan/mitra kerja, dan sebagainya.
2)      Kerja keras
     Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan ( tidak pernah menyerah ) dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas.
3)      Ikhlas
      Ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha Allah. Nilai – nilai ikhlas perlu untuk dikuatkan pada pendidikan di sekolah supaya anak dapat berkontribusi untuk kemaslahatan kehidupan anak dan dunia dimana kita berada serta akhirat yang akan ditempuh / dijalaninya. Ketika anak melakukan sesuatu dengan ikhlas, maka perilaku yang dilakukan akan memiliki karakteristik mutu. Orintasi kerja atau apa yang dilakukan bukan untuk mendapatkan penghargaan dari teman-temannya atau lingkungannya, tetapi untuk mendapatkan keridhaan dari Tuhannya. [16]

Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demekratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan penelitian di Harvard Universitu Amerika serikat ( Ali Ibrahim Akbar, 2000 ) yang menyatakan kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis ( hard skill ) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain ( soft skill ) . penelitian ini mengungkapkan , kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Dimana pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanaakn nilai-nilai terssebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. 
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementrian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial kultural tersebut dikelompokkan dalam Olah hati ( Spiritual and emotional development ), Olah pikir ( Intellectual development ), Olah raga dan kinestetik ( Phsical and kinestetic development ) dan Olah raga dan karsa ( Affective and Creativity development ).[17]
Sebagaimana yang telah diketahui bahwasanya pendidikan merupakan aspek dan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia, sebagaiman kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan. Pendidikan idealnya merupakan sarana humanisasi bagi anak didik. Itu karena pendidikan memberikan ruang bagi pengajaran etika moral,segenap aturan luhur yang membimbing anak didik mencapai humanisasi. Melalui  proses itu, anak didik menjadi terbimbing, tercerahkan, sementara tabir ketidaktahuannya terbuka lebar-lebar sehingga mereka mampu mengikis bahkan meniadakan aspek-aspek yang mendorong kearah dehumanisasi. Itulah ancangan pendidikan bangsa kita, yang tidak saja menggaransikan keluaran manusia sejati, tetapi jua sosok yang kaya akan visi humanisme dalam kerangka kognitif, afektif , dan psikomotorik.[18]
Guna mengatasi degradasi moral anak bangsa, saat ini pemerintah dan rakyat Indonesia telah gencar mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan diharapkan krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa ini bisa segera teratasi. Lebih dari itu, diharapkan dimasa yang akan mendatang terlahir generasi bangsa dengan ketinggian budi pekerti atau karakter. Menurut Kemendiknas , karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan ( virtues ) , yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.[19]
Selain itu, didalam pertemuan internasional yang diadakan di Chicago bulan Oktober taun 2000 dari International Public Relations Associations, Mathew Gundring mengungkapkan kembali elemen – elemen penting dalam ekonomi baru, diantaranya pentingnya kemampuan sumber daya manusia unggul. Dunia akan menghadapi persaingan perebutan talenta atau bakat. Sekarang lahir apa yang disebut head hunter untuk mencari manusia-manusia unggul  unggul didalam berbagai bidang seperti perdagangan, industri, dan teknologi. Di dalam hal ini diperlukan manusia-manusia berbakat unggul yang paham akan multibudaya , melek teknologi khususnya teknologi informasi, mempunyai jiwa kewiraswastaan , dan berbagai kemampuan kreativitas. Seluruh kegiatan ini menuntut suatu program pendidikaan dan pelatihan prima agar dapat menghasilkan tenaga-tenaga yang dinamis serta kreatif.[20]Didalam hal ini banyak negara baik negara-negara berkembang maupun negara-negara maju telah menempatkan pendidikan sebagai prioritas yang tertinggi. Negara –negara industri besar seperti Amerika Serikat telah lama menempatkan program pendidikan sebagai program prioritas. [21]
 IV.            PENUTUP
Ilmu pendidikan islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran islam. Ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan  Al-qur’an, hadis , dan akal.  Dimana dalam sejarah telah meneorikan bahwa sekarang ini kitab suci yang terjamin keasliannnya adalah Al-Qur’an. Oleh karena itu, orang islam mengambil kitab suci Al-Qur’an sebagai dasar kehidupannya, untuk dijadikan sumber ajaran Islam. Inilah pula yang dijadikan dasar bagi ilmu pendidikan Islam. Sampai saat ini telah diketahui dua dasar aturan hidup dalam islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis.
Pendidikan Islam dalam arti luas, tidak hanya terbatas kepada proses penyaluran yang mencangkup tiga ranah di atas, akan tetapi mencangkup sejarah, pemikiran dan lembaga. Dalam konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam berkesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada , sedangakn Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasinya dalam kehidupan dan sekaligus pegangan hidup. Kemudian secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam dan bertakwa kepada Allah atau “ hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil ”
Filsafat  merupakan khazanah umat manusia yang berisi perkembangan kemajuan manusia menuju kematangannya. Sedangkan pendidikan merupakan proses pemberian sifat sosial-kemanusiaan ( humanisasi ) kepada makhluk hidup. Pendidikan dan filsafat memiliki kesamaan dalam objek, dan perbedaaan dalam metode.Oleh sebab itu, keduanya selalu berada dalam hubungan interaktif.  Filsafat membutuhkan pendidikan untuk mengukuhkan perannya sebagai metode yang diwujudkan daam bentuk praktik kependidikan. Sementara itu, pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa tujuan yang digariskan sesuai asas-asas filosofis yang bersandar pada orientasi tertentu yang jelas.
Pendidikan sebagai pilar peningkatan sumber daya bangsa. Pendidikan  adalah faktor penentu kemajuan bangsa di masa depan. Jika kita, sebagai bangsa, berhasil membangun dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang yang lain..Pendidikan karakter yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Dimana pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanaakn nilai-nilai terssebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. 

DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2009, Bangkit dengan 7 Budi Utama,  Jakarta : PT Arga Publishing 
Aly  Hery noer dan Munzier, 2003,  Watak Pendidikan Islam ,  Jakarta : Friska Agung Insani
Daulay Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, 2013,  Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah,  Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Donny Gahral Adian ,  2001, Arus Pemikiran Kontemporer, Yogyakarta : Jalasutra
Fatah Yasin, Ahmad.  2008, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang : UIN-Malang  Press
Fatah Yasin, Ahmad. 2011, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, Malang: UIN-Maliki Press
 Hawi Akmal , 2013, Pendidikan Agama Islam,  (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kementrian Pendidikan Nasional, 2010,  Buku Induk Pembangunan Karakter, ( Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional
Kesuma Dharma,dkk. 2011,  Pendidikan Krakter,  Bandung: PT remaja Rosdakarya
Nasution.  2001, Sejarah Pendidikan Indonesia,  Jakarta : Bumi Aksara
Daulay Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, 2013,  Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah,  Jakarta : Kencana Prenada Media Goup
Rochimnur, 2013, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial , Jakarta : PT Raja Grafindo        Persada
Sholeh, Munawar. 2005,  Politik Indonesia, Jakarta : Grafindo Khaazanah Ilmu
Tafsir Ahmad,  2010, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , Bandung : PT Remaja Rosdakarya
 Tilaar H.A.R , 2012, Perubahan Sosial dan Pendidikan,  Jakarta : Rineka Cipta
Wibowo Agus,  2013, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra , Yogyakarta : Pustaka Pelajar





[1]Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2001 ), hlm. 1
[2] Hery noer aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam , ( Jakarta : Friska Agung Insani, 2003 ) , hlm.1
[3]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2010 ), hlm. 12
[4]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2010 ) , hlm. 21

[5]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2010 ), hlm. 25

[6] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group , 2013 ) , hlm. 3
[7]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2010 ), hlm. 46- 48


[8] Akmal Hawi, Pendidikan Agama Islam,  ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013 ) , hlm. 20-21
[9]Ahmad Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, ( Malang : UIN-Malang  Press, 2008 ), hlm.257-274
[10]Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, ( Malang:UIN-Maliki Press, 2011 ), hlm. 6-8
[11]Hery Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam , ( Jakarta : Friska Agung Insani, 2003 ) , hlm.19-25
[12] Munawar Sholeh, Politik Indonesia, ( Jakarta : Grafindo Khaazanah Ilmu, 2005 ), hlm. 11-18 
[13]Munawar Sholeh, Politik Indonesia, ( Jakarta : Grafindo Khaazanah Ilmu, 2005),hlm. 46-48
[14]Dharma Kesuma,dkk.  Pendidikan Krakter, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya , 2011) ,hlm. 4-5 
[15] Ary Ginanjar Agustian, Bangkit dengan 7 Budi Utama, ( Jakarta : PT Arga Publishing, 2009 ) 
[16] Dharma Kesuma,dkk.  Pendidikan Krakter, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya , 2011 ), hlm. 11-21
[17] Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial,( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 2013), hlm. 141-144
[18] Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra ,  ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013 ), hlm. 1
[19]Kementrian Pendidikan Nasional, Buku Induk Pembangunan Karakter, ( Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional , 2010 )
[20]H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan, ( ( Jakarta : Rineka Cipta , 2012 ), hlm. 69-70 
[21] Adian Donny Gahral, Arus Pemikiran Kontemporer, ( Yogyakarta : Jalasutra, 2001 )  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar