MEMBANGUN SUMBER DAYA BANGSA DENGAN
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN
I.
PENDAHULUAN
Individu manusia lahir tanpa memiliki pengetahuan
apapun, tetapi ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk
menguasai berbagai pengetahuan dan peradaban. Dengan memfungsikan fitrah itulah
ia belajar dari lingkungan dan masyarakat maupun orang dewasa yang mendirikan
institusi pendidikan. Lahirnya suatu sistem pendidikan bukanlah hasil suatu
perencanaan menyeluruh melainkan langkah demi langkah melaui eksprimentasi dan
didorong oleh kebutuhan praktis di bawah pengaruh kondisi sosial, ekonomi, dan
politik.[1]
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua
umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu
dan masyarakat. Memang pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban,
mengembangkan masyarakat,dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi
kepentingan mereka. [2]
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa
definisi dan dasar ilmu pendidikan islam
?
B. Apa
definisi pendidikan dalam Islam dan pendidikan Islam ?
C. Apa
saja tujuan pendidikan Islam dan tujuan
pendidikan agama Islam?
D. Bagaimana
peran filsafat dalam pendidikan ?
E. Bagaimana
meningkatkan sumber daya bangsa dengan pendidikan yang berkualitas?
F. Bagaimana
peran pendidikan berkarakter bagi Indonesia ?
III.
PEMBAHASAN
A. Definisi
dan Dasar Ilmu Pendidikan Islam
1. Definisi
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu
pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan islam. Isi ilmu adalah
teori, maka isi ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan. lmu
pendidikan islam merupakan kumpulan teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran
islam.
Ilmu
pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah
nama agama yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran
tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada
Al-qur’an dan hadis serta akal. Jika demikian , maka ilmu pendidikan islam
adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan
Al-qur’an, hadis , dan akal. Oleh
karena itu, teori dalam pendidikan islam haruslah dilengkapi denagn ayat-ayat
Al-qur’an dan hadis atau argumen ( akal ) yang menjamin
teori tersebut.[3]
2. Dasar
ilmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan isinya teori-teori
tentang pendidikan. Ilmu pendidikan Islam isinya teori-teori tentang pendidikan
yang berdasarkan Islam. Dimana dalam sejarah telah meneorikan bahwa sekarang
ini kitab suci yang terjamin keasliannnya adalah Al-Qur’an. Oleh karena itu,
orang islam mengambil kitab suci Al-Qur’an sebagai dasar kehidupannya, untuk
dijadikan sumber ajaran Islam. Inilah pula yang dijadikan dasar bagi ilmu
pendidikan Islam.
Al –Qur’an di dalam ayat-ayatnya
ternyata memberikan jaminan juga kepada hadis nabi Muhammad SAW. Ada perintah
Tuhan yang mengatakan bahwa manusia beriman wajib mengikuti Allah dan
rasul-Nya. Perintah inilah ( secara etimologis , jaminan inilah ) yang
dijadikan dasar kedua bagi kehidupannya. Sampai saat ini telah diketahui dua
dasar aturan hidup dalam islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis.
Kemudian , ternyata Al-Qur’an dan hadis
nabi SAW, juga menunjukkan bahwa akal dapat juga digunakan dalam membuat aturan
hidup bagi orang islam ,yaitu bila Al-Qur’an
dan hadis tidak menjelaskan aturan itu, dan aturan yang dibuat oleh akal
tersebut tidak bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an dan hadis . Karena pendidikan
menduduki posisi terpenting dalam kehidupan manusia, maka wajarlah orang islam
meletakkan Al-Qur’an , hadis, dan akal sebagai dasar bagi teori-teori
pendidikannya. Itulah sebabnya ilmu pendidikan islam memilih Al-Qur’an dan
hadis sebagai dasarnya.[4]
B. Definisi
Pendidikan Dalam Islam dan Pendidikan Islam
1. Pendidikan
dalam Islam
Menurut Marimba ( 1989:19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan Alfred
North Whitehead mengambil pengertian pendidikan yang sangat sempit. Ia
menyatakan bahwa pendidikan adalah pembinaan ketrampilan menggunakan
pengetahuan ( Park , 1960:253 ). Lodge ( 1974:23 ) menyatakan bahwa pendidikan
dalam pengertian sempit malahan sekadar pendidikan di sekolah.
Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya
dapat dibagi tiga : (1) kegiatan pendidikan oleh diri sendiri, (2) kegiatan
pendidikan oleh lingkungan, dan (3) kegiatan pendidikan oleh orang lain
terhadap orang tertentu. Adapun binaan
pendidikan dalam garis besarnya mencakup tiga daerah yaitu : (1) daerah
jasmani, (2) daerah akal, dan (3)
daerah hati. Tempat pendidikan juga ada tiga yang pokok : (1) Di dalam rumah
tangga, (2) Di masyarakat, dan (3) Di sekolah.[5]
2. Pendidikan
Islam
Adapun pengertian pendidikan Islam , bisa
ditinjau dari sempit dan luas. Pengertian sempit adalah suatu bentuk usaha yang
dilakukan untuk pentransferan atau penyaluran ilmu ( knowledge ) , nilai ( value
) dan ketrampilan ( skill ) berdasarkan
ajaran Islam dari seorang pendidik terhadap seorang yang didiknya, guna
terbentuk pribadi Muslim yang seutuhnya atau sesungguhnya. Hal ini lebih
bersifat proses pembelajaran , dimana ada pendidik, peserta didik dan ada bahan
( materi ) yang disampaikan dengan ditunjang dengan alat-alat yang digunakan.
Sedangkan
pendidikan Islam dalam arti luas, tidak hanya terbatas kepada proses penyaluran
yang mencangkup tiga ranah di atas, akan tetapi mencangkup sejarah, pemikiran
dan lembaga. Dengan demikian, terdapat kajian tentang sejarah pendidikan Islam,
pemikiran pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam, dan lain-lain. [6]
C. Tujuan
Pendidikan Islam dan Tujuan Pendidikan Agama Islam .
1. Tujuan
Pendidikan Islam
Dasar kehidupan adalah pandangan hidup.
T.S Eliot ( Du bois, 1979:4 ) menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu
tujuannya harus diambil dari pandangan
hidup. Al –Attas ( 1979 : 1 ) menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah
manusia yang baik, sedangkan Marimba ( 1964 : 39 ) berpendapat bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian Muslim.
Menurut
Abdul Fattah Jalal ( 1988 : 119 ), tujuan umum pendidikan Islam ialah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Ia mengatakan bahwa tujuan ini akan
mewujudkan tujuan-tujuan khusus. Dengan
mengutip surat al-Takwir ayat 27, Jalal menyatakan bahwa tujuan itu
adalah untuk semua manusia. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah.
Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskaan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut
Allah adalah beribadah kepada Allah. Dalam konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan
Islam (1977 ) berkesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia
yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah ( Ashraf,1989 : 2).[7]
2. Tujuan
Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi
penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasinya dalam kehidupan dan sekaligus
pegangan hidup. Kemudian secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk
membentuk pribadi manusia menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam
dan bertakwa kepada Allah atau “ hakikat tujuan pendidikan Islam adalah
terbentuknya insan kamil ” ( Ramayulis, 1998 : 83 ).
H.M.Arifin
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “ membina dan mendasari kehidupan
anak dengan nilai-nilai syariat Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan
agama ” ( Arifin, 1991 : 51 ). Sedangkan Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa
tujuan pendidikan Islam yang paling utama adalah “ beribadah dan bertaqarrub
kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan
akhirat ”. Berpedoman dari beberapa
pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam itu
adalah untuk membentuk manusia yang mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil,
berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna
tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.[8]
Mengingat
pentingnya fungsi dan tujuan pendidikan juga telah dinyatakan dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Maka dari itu, agar tujuan
pendidikan dapat dicapai akan pendidikan hendaknya dikelola secara provesional
dengan manajemen yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang mempunyai motivasi kerja
tinggi , termasuk didalamnya adalah lembaga pendidikan Islam.
Dalam
hal ini, pandangan pokok mengenai proses pendidikan sepanjang hidup adalah
berlangsung dijalur formal, informal, maupun non-formal. Lembaga pendidikan
Islam masuk dalam kategori lembaga pendidikan formal dan sangat memungkinkan
untuk dapat dijadikan sebagai proses pengembangan kualitas SDM Indonesia.[9]
Suatu
lembaga pendidikan pada dasarnya adalah upaya pelembagaan dan formalitas
pendidikan sehingga kegiatan, fungsi, dan proses pendidikan dalam suatu
masyarakat bisa berlangsung secara lebih terencana , sistematis, berjenjang dan
profesional. [10]
D. Peran filsafat dalam pendidikan
Hubungan antara filsafat dan pendidikan
ibarat hubungan dua sisi mata uang, yaitu dua aspek dari hakikat yang satu,
sebab pendidikan pada hakikatnya merupakan aplikasi praktis dari filsafat. Filsafat
merupakan lapangan berpikir manusia tentang hakikat ( semua hakikat ),
sementara pendidikan merupakan proses yang mengubah individu dari sekedar
struktur organisme ( biologis ) menjadi makhluk sosial yang berpikir,
bertingkah laku, dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Dengan
pembatasan dua ruang lingkup tersebut dapat dipahami hakiakat hubungan antara
filsafat dan pendidikan serta ruang lingkup bersama yang lahir dari keduanya
yaitu filsafat pendidikan.
Filsafat telah berkembang dari sekedar
berarti cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan menjadi berpikir
sistematis tentang ontologi, epistemologi, dan aksiologi, dari berpikir tentang
metafisika menjadi berpikir tentang manusia dengan segala problemnya, alam,
dirinya , dan lain-lain, dari bersandar kepada mazhab-mazhab ekslusif dan
sistem-sistem yang elastis,serta dari mendukung yang absolut menjadi percaya
kepada yang relatif. Pendek kata, filsafat merupakan khazanah umat manusia yang
berisi perkembangan kemajuan manusia menuju kematangannya. Sedangkan pendidikan
merupakan proses pemberian sifat sosial-kemanusiaan ( humanisasi ) kepada
makhluk hidup. Pendidikan memberi manusia sifat-sifat kemanusiaan yang
membedakannya dari makhluk-makhluk hidup lainnya, serta memberinya pola-pola hidup dalam suatu masa dengan harapan ia akan
menerapkannya kemudian menambah dan menguranginya sendiri.
Dengan makna tersebut, pendidikan
dipandang sebagai seni mentransfer warisan dan ilmu membangun masa depan .
pendidikan merupakan proses pengembangan individu secara menyeluruh didalam
pusat sosialnya. Pendidikan merupakan proses persiapan untuk hidup melalui
kehidupan itu sendiri, dimana aspek –aspek fisik, intelektual, dan spiritual
individu diperhatikan. Atas dasar itu,tugas pendidik adalah memperhatikan
pendidikan hati, kepala, dan tangan ( heart, head, hand ).
Perhatian tersebut diberikan dalam wujud menghubungkan pendidikan dengan
kehidupan dan berbagai problemnya.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan
terkait dengan persoalan logika. Logika adalah ilmu tentang berpikir secara
benar, dimana logika formal masih
menjadi landasan ilmu, hingga kedudukannya digantikan oleh logika dialektis. Logika
formal dibangun atas prinsip koherensi, sementara logika dialektis atas prinsip
menerima dan membolehkan kontradiksi.
Dengan demikian , logika formal menguuji semua itu sebagaimana adanya,
sementara logika dialektis mengujinya dari sisi pembentukannya. Filsafat
dipandang sebagai aspek teoritis-ilmiah, sementara pendidikan sebagai aspek
praktis terapan. Antara keduanya terdapat hubungan dialektis-interaktif.
Pendidikan dan filsafat memiliki
kesamaan dalam objek, dan perbedaaan dalam metode. Objek pendidikan ialah
manusia seutuhnya, bagi filsafat pun manusia merupakan pusat segala objeknya.
Metode pendidikan bersifat
praktis-ilmiah terapan, sementara metode
filsafat bersifat rasional-reflektif. Dengan kata lain, objek filsafat
lebih luas ketimbang objek pendidikan, tetapi metode pendidikan lebih banyak
dibanding metose filsafat.Filsafat membutuhkan pendidikan untuk mengukuhkan
perannya sebagai metode yang diwujudkan dalam bentuk praktik kependidikan.
Sementara itu, pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa tujuan yang digariskan
sesuai asas-asas filosofis yang bersandar pada orientasi tertentu yang jelas. [11]
E. Meningkatkan
sumber daya bangsa dengan pendidikan yang berkualitas
Era
globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia ( SDM ) yang berdaya tahan kuat dan
perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran suatu
bangsa tidak lagi ditentukan oleh sumber daya alamnya, melainkan oleh kualitas
SDMnya. Walaupun Indonesia selama ini dikenal memiliki kekayaan alam yang
berlimpah, tetapi kalau SDM kita tidak mumpuni, maka kita hanya akan menjadi
orang-orang upahan. Ada beberapa ukuran
keberhasilan sebuah negara, yaitu : menyangkut kualitas SDM, kemampuan
manajerial, dan potensi ekonomi. Kita sangat prihatin bahwa peringkat SDM
bangsa Indonesia,termasuk rendah diantara negara-negara ASEAN. Indonesia saat ini berada diperingkat 105
dari 173 negara yang disusun oleh UNDP. Rendahnya SDM negara kita, dikarenakan
rendahnya mutu pendidikan. Pendidikan mempunyai peran penting, karena
pendidikan akan mampu meningkatkan sumber daya manusia ( SDM ) yang
berkualitas, sehingga sumber daya alam di tanah air akan terolah dengan baik.
Karena itu, program-program yang disusun oleh pemerintah hendaknya dilakukan
secara matang dan benar-benar didasarkan pada potensi daerah masing-masing ,
sehingga bisa disebut visioner,juga rasional dan realistis.
Selanjutnya
, pendidikan adalah kunci untuk membangun sumber daya manusia ( SDM ).
Terhambatnya peningkatan SDM Indonesia disebabkan oleh tidak terfokusnya arah
pembangunan SDM itu sendiri. Antisipasi menghadapi ancaman semakin minimnya SDM
itu harus melibatkan pemegang kebijakan politik tertinggi. Kebijakan itu akan
menjadi bagian dari wawasan yang dimiliki para pemimpin dalam menjalankan
proses kepemimpinan. Oleh karena itu, komitmen ditingkat pemimpin sangat
dibutuhkan . komitmen tersebut juga membutuhkan sistem politik secara
menyeluruh. Yang terpenting, masyarakat jangan lengah bahwa pekerjaan rumah
terbesar bangsa Indonesia adalah menjawab tantangan untuk mampu membangun
bangsa ini kembali.
Pembangunan
fisik yang menunjang peningkatan SDM memang terjadi, baik di perkotaan maupun
pedesaan. Hanya saja, suatu bangsa tidak akan menjadi besar jika sekadar
mengandalkan pembangunan fisik. Bangsa ini harus juga membangun SDM secara arif
dan bijaksana. Kalau meruntut sejarah peradaban bangsa menunujukkan bahwa
negara-negara yang bersedia menempatkan prioritas penting pada sektor
pendidikan dalam proses pembangunan bangsanya, saat ini berada dalam keadaan
yang makmur dan menguasai berbagai macam ragam ilmu pengetahuan dan teknologi .
Hal itu dapat dicontohkan Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, Kanada,
dan Jepang. Negara – negara itu pada awal pembangunan bangsanya menempatkan
pendidikan pada tingkat prioritas yang tinggi. Hal itu dilakukan karena mereka
yakin bahwa hanya dengan melalui proses dan pembangunan sektor pendidikan
secara berkesinambungan, peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan secara
signifikan.
Kualitas
SDM pada gilirannya akan jauh lebih penting jika dibandingkan dengan
sumber-sumber alam yang tersedia dimasing-masing negara. Sumber alam yang
melimpah tidak akan berarti apap-apa tanpa sentuhan ketrampilan manusia-manusia
yang terdidik. Contoh konkret pada negara tetangga, seperti Jepang dan Singapura. Meskipun sumber alamnya yang tidak
semelimpah Indonesia, tetapi dengan SDM yang berkualitas baik, mereka mampu
menciptakan kkemakmuran dan keadilan bagi bangsanya. Contoh itu semestinya
mampu menggerakkan semangat pemerintah untuk membangun pendidikan dalam rangka
peningkatan kualitas SDM.
Pendidikan
sebagai pilar peningkatan sumber daya bangsa. Sebab , pendidikan adalah faktor
penentu kemajuan bangsa di masa depan. Jika kita, sebagai bangsa, berhasil
membangun dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang yang lain. Pendidikan
merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia ( human investment ), yang akan menentukan kualitas sumber daya
manusia ( SDM ) suatu bangsa.
Bangsa
–bangsa maju di dunia pasti ditopang oleh SDM berkualitas, sehingga memiliki
keunggulan ampir disemua bidang, termasuk ekonomi. Menurut sejumlah ahli,
krisis ekonomi yang demikian dahsyat yang melanda Indonesia, selain
disebabkan oleh faktor-faktor teknis
ekonomi, juga dikarenakan terbatasnya SDM
yang kita miliki. Padahal SDM yang berkualitas merupakan unsur penting
dalam membangun daya tahan ekonomi bangsa. Krisis akut sekarang ini seolah
menegaskan dan semakin meyakinkan kita, betapa faktor SDM itu amat vital.
Pendidikan merupakan salah satu elemen paling penting dalam SDM. Terlebih lagi
memasuki abad ke-21 yang ditandai oleh proses globalisasi, dengan persaingan
yang sangat ketat, maka bangsa Indonesia dituntut untuk menyiapkan SDM
berkualitas yang memiliki keunggulan kompetitif. Semua itu hanya bisa diperoleh
melalui pendidikan yang bermutu. Dengan demikian, pendidikan yang baik dan
bermutu merupakan conditio sine quanon bagi
upaya memenangkan kompetesi global.
Dalam
teori pembangunan konvensional , masalah SDM belum mendapat perhatian secara
proporsionaal. Teori ini masih meyakini bahwa sumber pertumbuhan ekonomi itu
terletak pada konsentrasi modal fisik ( physical
capital) yang diinvestasikan dalam suatu proses produksi seperti pabrik dan
alat-alat produksi. Modal fisik termasuk pula pembangunan infrastruktur secara
transportasi, komunikasi, dan irigasi untuk mempermudah proses transaksi
ekonomi. Namun , belakangan terjadi pergeseran teori pembangunan, bahwa yang
dapat memacu pertumbuhan ekonomi justru faktor modal manusia ( human capital ) yang bertumpu pada
pendidikan. Pergeseran teori ini terjadi bersamaan dengan pergeseran paradigma
pembangunan, yang semula bertumpu pada kekuatan sumber daya alam ( natural
resource based ) , kemudian berubah menjadi bertumpu pada kekuatan sumber
daya manusia ( human resource based ) atau lazim pula disebut knowledge based economy. Pergeseran paradigma ini makin menegaskan,
betapa aspek SDM bernilai sangat strategis dalam pembangunan.
Dalam
teori pembangunan kontemporer dikemukakan bahwa pendidikan mempunyai
keterkaitan yang amat erat dengan pembangunan ekonomi, ada hubungan yang
signifikan antar pendidikan dan pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Karena itu,
investasi dibidang pembangunan SDM bernilai sangat strategis dalam jangka
panjang, sebab ia memberikan kontribusi yang amat besar terhadap kemajuan
pembangunan , termasuk untuk memacu pertumbuhan ekonomi. si, sehingga memberikan stimulasi bagi
pertumbuhan ekonomi.
Jadi,
nilai ekonomi pendidikan itu terletak pada sumbangnya dalam menyediakan atau
memasok tenaga-tenaga kerja terdidik, terampil, berpengetahuan, adn
berkompetensi tinggi sehingga lebih produktif. Lebih dari itu, pendidikan dapat
mengembangkan visi dan wawasan tentang kehidupan yang maju dimasa depan, serta
menanamkan sikap mental dan etos kerja tinggi. Kedua hal tersebut , secara psikologis
akan melahirkan energi yang dapat mendorong dan menggerakkan kerja-kerja
produktif untuk mencapai kemajuan dimasa depan. Menurut pengalaman sejumlah
negara bik di negara-negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang,
investasi di bidang pendidikan itu secara nyata memberikan kontribusi yang
relatif berarti terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dengan
melihat data tersebut dapat dikatakan bahwa investasi dibidang pendidikan
mempunyai makna sangat positif, untuk mendorong pembangunan ekonomi suatu negara.
Oleh karena itu, dalam konteks Indonesia, agenda pendidikan yang amat strategis
dimasa depan adalah mengupayakan agar
alokasi anggaran pendidikan dapat ditingkatan , bahkan seyogjanya lebih tinggi
dibandingkan dengan sektor pembangunan yang lain. Demikianlah , kita menyadari
sepenuhnya bahwa pendidikan merupakan agenda penting dan strategis , bukan saja
untuk meningkatkan kualitas bangsa, melainkan juga untuk mendorong kemajuan
seluruh masyarakat. Karena itu, seluruh komponen bangsa harus mempunyai komitmen
bersama untuk membangun pendidikan, terutama ketika disadari bahwa pendidikan
dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Membangun pendidikan menjadi lebih penting lagi terutama dalam menyosong
milenium ketiga, yang ditandai oleh arus globalisasi yang menuntut daya saing
tinggi. Karena itu, menyiapkan SDM yang berkualitas melalui upaya peningkatan
mutu pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak. [12]
Sehingga
dapat dipahami bahwa pendidikan menjadikan tolak ukur pembangunan sumbe daya manusia nya. Maka perlu
diperhatikan bahwasanya pendidikan tidak sekedar diberikan secara text book , tetapi harus memberikan
kreatifitas pada siswanya. Sebab , bagaimanapun juga pendidikan dan kreatifitas
pada satu kesatuan yang terpadu. Institusi
pendidikan Islam haruslah pandai-pandai (kreatif ) dalam membangun model
pendidikan. Karenanya , pendidikan Islam harus mampu melahirkan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik. Sekolah yang unggul, dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi pada hakikatnya diukur dari keberhasilan
mengembangkan pendidikan yang mampu menumbuh-kembangkan kreativitas peserta
didik.
Selain
tugas institusi pendidikan, sebenarnya dalam membentuk kreativitas, orang tua
turut berperan. Demikian juga disekolah, tak kalah pentingnya para guru
berkewajiban menciptakan kondisi pembelajaran yang mengasyikkan sekaligus
mencerdaskan. Persoalan yang juga tidak kalah pentingnya dalam pendidikan di
Indonesia adalah meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan memperhatikan kualitas
guru.
Menurut Munawar Sholeh
( 2005 ), bahwasanya untuk membangun kualitas huru harus didahului dengan
meningkatkan kesejahteraan guru. Dan
perlu kita pahami bahwa kunci perbaikan kualitas pendidikan, terutama di
tingkat dasar adalah ketersediaan guru-guru yang bermutu. Tanpa guru-guru yang
bermutu, intervensi yang dilakukan pemerintah tidak akan menjadikan pendidikan
nasional berkualitas.[13]
F. Peran
pendidikan berkarakter bagi Indonesia
Pendidikan
karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan
pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Pendidikan karakter, menurut
Ratna Megawangi (2004:95 ), yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya. Dalam konteks kajian P3, mendefinisikan pendidikan karakter
dalam setting sekolah sebagai “ pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pembangunan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu
yang dirujuk oleh sekolah”. [14]
Karakter
berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku anak itulah yang disebut karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan
nilai dari perilaku nilai. Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal
dan melekat yang mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa tercermin pada
Nabi Muhammad SAW, yaitu Siddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah. Tentu dipahami
bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya. Karena Nabi Muhammad
SAW juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai
karakter lain. Banyak nilai yang dapat menjadi perilaku atau karakter dari
berbagai pihak. Nilai yang dikembangkan oleh Arry Ginannjar dalam 7 budi utama
yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil , peduli. Apa
yang dirumuskan oleh Ary Ginanjar Agustian merupakan hasil refleksi terhadap
perjalanan bangsa ini dari waktu ke waktu. [15]Untuk
itu kepentingan pendidikan karakter , sekolah perlu mengembangkan sejumlah
nilai yang dianngap penting untuk dimiliki setiap lulusan.
Dalam perspektif
Lickona ( 1991:43 ), nilai yang dianngap penting untuk dikembaangkan menjadi
karakter ada dua, yaitu respect (
hormat ) dan responsibilityr ( tanggung
jawab ). Lickona menganggap penting kedua nilai tersebut untuk ( 1 ) pembangunan kesehatan pribadi
seseorang, ( 2 ) menjaga hubungan
interpersonal, (3 ) sebuah masyarakat yang manusiawi dan demokratis, dan ( 4 ) dunia yang lebih adil dan damai. Untuk
memudahkan kita memilih nilai yang mana yang perlu dikembangkan oleh bangsa
saat ini dan kedepan, maka perlu untuk dikaji mengenai ondisi dan permasalahan
krusial yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas,
adil dan maklur sebagaimana dicita-citakan oleh pendiri negara Indonesia.
Dalam
kajian pusat pengkajian pedagogik Universitas Pendidikan Indonesia ( P3 UPI )
nilai yang perlu diperkuat untuk pembangunan bangsa saat ini adalah :
1) Jujur
Jujur merupakan sebuah karakter yang harus
dimiliki bangsa ini Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang
lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan/mitra kerja, dan
sebagainya.
2) Kerja
keras
Kerja keras adalah suatu istilah yang
melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan ( tidak pernah menyerah ) dalam
menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas.
3) Ikhlas
Ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan
yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha Allah. Nilai –
nilai ikhlas perlu untuk dikuatkan pada pendidikan di sekolah supaya anak dapat
berkontribusi untuk kemaslahatan kehidupan anak dan dunia dimana kita berada
serta akhirat yang akan ditempuh / dijalaninya. Ketika anak melakukan sesuatu
dengan ikhlas, maka perilaku yang dilakukan akan memiliki karakteristik mutu.
Orintasi kerja atau apa yang dilakukan bukan untuk mendapatkan penghargaan dari
teman-temannya atau lingkungannya, tetapi untuk mendapatkan keridhaan dari
Tuhannya. [16]
Indonesia
memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai
pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3, yang menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demekratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan penelitian di Harvard Universitu Amerika
serikat ( Ali Ibrahim Akbar, 2000 ) yang menyatakan kesuksesan seseorang tidak
ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis ( hard skill ) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain ( soft
skill ) . penelitian ini mengungkapkan , kesuksesan hanya ditentukan
sekitar 20 persen oleh hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill.
Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat
penting untuk ditingkatkan. Dimana pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanaakn
nilai-nilai terssebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Sebagai
upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementrian
Pendidikan Nasional mengembangkan grand
design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan
pendidikan. Grand design menjadi
rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian
pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks
totalitas proses psikologis dan sosial kultural tersebut dikelompokkan dalam
Olah hati ( Spiritual and emotional
development ), Olah pikir ( Intellectual
development ), Olah raga dan kinestetik ( Phsical and kinestetic development ) dan Olah raga dan karsa ( Affective and Creativity development ).[17]
Sebagaimana yang telah diketahui
bahwasanya pendidikan merupakan aspek dan kebutuhan penting bagi kehidupan
manusia, sebagaiman kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan. Pendidikan
idealnya merupakan sarana humanisasi bagi anak didik. Itu karena pendidikan
memberikan ruang bagi pengajaran etika moral,segenap aturan luhur yang
membimbing anak didik mencapai humanisasi. Melalui proses itu, anak didik menjadi terbimbing,
tercerahkan, sementara tabir ketidaktahuannya terbuka lebar-lebar sehingga
mereka mampu mengikis bahkan meniadakan aspek-aspek yang mendorong kearah
dehumanisasi. Itulah ancangan pendidikan bangsa kita, yang tidak saja
menggaransikan keluaran manusia sejati, tetapi jua sosok yang kaya akan visi
humanisme dalam kerangka kognitif, afektif , dan psikomotorik.[18]
Guna mengatasi degradasi moral anak
bangsa, saat ini pemerintah dan rakyat Indonesia telah gencar
mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Melalui
pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan
diharapkan krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa ini bisa segera
teratasi. Lebih dari itu, diharapkan dimasa yang akan mendatang terlahir
generasi bangsa dengan ketinggian budi pekerti atau karakter. Menurut
Kemendiknas , karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan ( virtues ) , yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.[19]
Selain itu, didalam pertemuan
internasional yang diadakan di Chicago bulan Oktober taun 2000 dari International Public Relations Associations,
Mathew Gundring mengungkapkan kembali elemen – elemen penting dalam ekonomi
baru, diantaranya pentingnya kemampuan sumber daya manusia unggul. Dunia akan
menghadapi persaingan perebutan talenta atau bakat. Sekarang lahir apa yang
disebut head hunter untuk mencari manusia-manusia unggul unggul didalam berbagai bidang seperti
perdagangan, industri, dan teknologi. Di dalam hal ini diperlukan
manusia-manusia berbakat unggul yang paham akan multibudaya , melek teknologi
khususnya teknologi informasi, mempunyai jiwa kewiraswastaan , dan berbagai
kemampuan kreativitas. Seluruh kegiatan ini menuntut suatu program pendidikaan
dan pelatihan prima agar dapat menghasilkan tenaga-tenaga yang dinamis serta
kreatif.[20]Didalam
hal ini banyak negara baik negara-negara berkembang maupun negara-negara maju
telah menempatkan pendidikan sebagai prioritas yang tertinggi. Negara –negara
industri besar seperti Amerika Serikat telah lama menempatkan program pendidikan
sebagai program prioritas. [21]
IV.
PENUTUP
Ilmu pendidikan islam merupakan kumpulan
teori tentang pendidikan berdasarkan ajaran islam. Ilmu pendidikan islam adalah
ilmu pendidikan yang berdasarkan
Al-qur’an, hadis , dan akal.
Dimana dalam sejarah telah meneorikan bahwa sekarang ini kitab suci yang
terjamin keasliannnya adalah Al-Qur’an. Oleh karena itu, orang islam mengambil
kitab suci Al-Qur’an sebagai dasar kehidupannya, untuk dijadikan sumber ajaran
Islam. Inilah pula yang dijadikan dasar bagi ilmu pendidikan Islam. Sampai saat
ini telah diketahui dua dasar aturan hidup dalam islam, yaitu Al-Qur’an dan
hadis.
Pendidikan Islam
dalam arti luas, tidak hanya terbatas kepada proses penyaluran yang mencangkup
tiga ranah di atas, akan tetapi mencangkup sejarah, pemikiran dan lembaga. Dalam
konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam berkesimpulan bahwa tujuan
akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak
kepada , sedangakn Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengamalan
serta pengaplikasinya dalam kehidupan dan sekaligus pegangan hidup. Kemudian
secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia
menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam dan bertakwa kepada Allah
atau “ hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil ”
Filsafat
merupakan khazanah umat manusia yang berisi perkembangan kemajuan
manusia menuju kematangannya. Sedangkan pendidikan merupakan proses pemberian
sifat sosial-kemanusiaan ( humanisasi ) kepada makhluk hidup. Pendidikan dan
filsafat memiliki kesamaan dalam objek, dan perbedaaan dalam metode.Oleh sebab
itu, keduanya selalu berada dalam hubungan interaktif. Filsafat membutuhkan pendidikan untuk mengukuhkan
perannya sebagai metode yang diwujudkan daam bentuk praktik kependidikan.
Sementara itu, pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa tujuan yang digariskan
sesuai asas-asas filosofis yang bersandar pada orientasi tertentu yang jelas.
Pendidikan sebagai pilar peningkatan sumber daya
bangsa. Pendidikan adalah faktor penentu
kemajuan bangsa di masa depan. Jika kita, sebagai bangsa, berhasil membangun
dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang yang lain..Pendidikan karakter yaitu sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
yang positif kepada lingkungannya. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Dimana pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanaakn nilai-nilai terssebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian,
Ary Ginanjar. 2009, Bangkit dengan 7 Budi
Utama, Jakarta : PT Arga
Publishing
Aly Hery noer dan Munzier, 2003, Watak
Pendidikan Islam , Jakarta : Friska
Agung Insani
Daulay
Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, 2013, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Donny
Gahral Adian , 2001, Arus Pemikiran Kontemporer, Yogyakarta :
Jalasutra
Fatah
Yasin, Ahmad. 2008, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang : UIN-Malang Press
Fatah
Yasin, Ahmad. 2011, Pengembangan Sumber
Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, Malang: UIN-Maliki Press
Hawi Akmal , 2013, Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kementrian
Pendidikan Nasional, 2010, Buku Induk Pembangunan Karakter, (
Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional
Kesuma
Dharma,dkk. 2011, Pendidikan Krakter, Bandung:
PT remaja Rosdakarya
Nasution. 2001, Sejarah
Pendidikan Indonesia, Jakarta : Bumi
Aksara
Daulay
Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, 2013, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta : Kencana Prenada Media Goup
Rochimnur,
2013, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu
Sosial , Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Sholeh,
Munawar. 2005, Politik Indonesia, Jakarta : Grafindo Khaazanah Ilmu
Tafsir
Ahmad, 2010, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam , Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Tilaar H.A.R , 2012, Perubahan Sosial dan Pendidikan,
Jakarta : Rineka Cipta
Wibowo
Agus, 2013, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra , Yogyakarta : Pustaka Pelajar
[1]Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2001 ), hlm.
1
[2] Hery noer aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam , ( Jakarta :
Friska Agung Insani, 2003 ) , hlm.1
[3]Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2010
), hlm. 12
[4]Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2010
) , hlm. 21
[5]Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2010
), hlm. 25
[6] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya
Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintasan
Sejarah, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group , 2013 ) , hlm. 3
[7]Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2010
), hlm. 46- 48
[8] Akmal Hawi, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2013 ) , hlm. 20-21
[9]Ahmad Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, ( Malang : UIN-Malang Press, 2008 ), hlm.257-274
[10]Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, (
Malang:UIN-Maliki Press, 2011 ), hlm. 6-8
[11]Hery Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam , ( Jakarta : Friska Agung Insani, 2003 ) ,
hlm.19-25
[12] Munawar Sholeh, Politik Indonesia, ( Jakarta : Grafindo
Khaazanah Ilmu, 2005 ), hlm. 11-18
[13]Munawar Sholeh, Politik
Indonesia, ( Jakarta : Grafindo Khaazanah Ilmu, 2005),hlm. 46-48
[14]Dharma Kesuma,dkk. Pendidikan
Krakter, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya , 2011) ,hlm. 4-5
[15] Ary Ginanjar Agustian, Bangkit dengan 7 Budi Utama, ( Jakarta :
PT Arga Publishing, 2009 )
[16] Dharma Kesuma,dkk. Pendidikan
Krakter, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya , 2011 ), hlm. 11-21
[17] Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial,( Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada , 2013), hlm. 141-144
[18] Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra , ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013 ), hlm.
1
[19]Kementrian Pendidikan Nasional, Buku Induk Pembangunan Karakter, (
Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional , 2010 )
[20]H.A.R. Tilaar, Perubahan
Sosial dan Pendidikan, ( ( Jakarta : Rineka Cipta , 2012 ), hlm. 69-70
[21] Adian Donny Gahral, Arus Pemikiran Kontemporer, ( Yogyakarta
: Jalasutra, 2001 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar