I.
LATAR BELAKANG
Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini
memang di rasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia
pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok pembentukan pendidikan karakter
. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya bila
mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, kenakalan remaja, dan
lain-lain. Bahkan yang paling penting dan memprihatinkan, keinginan untuk
membangun sifat tanggung jawab dan meningkatkan kedisiplinan pada diri anak- anak. 1 Dalam hal
ini pendidikan karakter dengan mengajarkan kepada anak tentang pentingnya sikap
tanggung jawab dan disiplin dirasa perlu, karena dalam hal ini anak akan
memiliki sikap yang baik dan berjiwa tinggi, serta untuk menunjang dari sikap
kepribadian diri si anak tersebut. Seperti kita ketahui bahwa beberapa bulan
yang lalu publik di kejutkan oleh anak seorang musisi terkenal Ahmad Dhani dan
Maia Estianty, yang bernama Abdul Qadir Al-jaelani dalam peristiwa kecelakaan maut
yang menyebabkan 6 orang meninggal dan lainnya mengalami luka-luka, dalam hal
ini pihak kepolisian memberikan keterangan bahwanya Dul panggilan akrabnya pada
peristiwa itu dalam mengemudikan mobil
sendiri dan bersama temannya. Hal ini menunjukkan kurangnya kedisiplinan dan
tanggung jawab dari orang tua dalam pengawasan terhadap anak-anak mereka, maka
dari itu orang tua harus memperhatikan dan melakukan pengawasan ekstra terhadap
anak dan perlu di ajarkan sikap tanggung jawab, dimana setiap perbuatan anak
akan di pertanggung jawabkan .
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Sebagaimana di jelaskan di dalam kitab suci
Al-qur’an “ apakah manusia itu akan di biarkan begitu saja ( tanpa
pertanggung jawaban ? ” ( Qs. Al-qiyamah : 36 ). Dan dalam kehidupan
sehari-hari bertanggung jawab pada umumnya di artikan sebagai “ berani
menanggung risiko ( akibat) dari
suatu perbuatun atau tindakan yang di lakukan “.
Bertanggung jawab di maksudkan sebagai suatu keadaan di
mana semua tindakan atau perbuatan atau sikap dimana merupakan penjelmaan dari
nilai-nilai moral serta nilai-nilai luhur kesusilaan atau keagamaan.2
Tanggung jawab pada taraf yang paling rendah adalah
kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam
dirinya atau panggilan jiwa. Ini adalah tanggung jawab yang paling dasar atau
di sebut sebagai responsibility. Di atas responsibility masih ada
jenis tanggung jawab yang derajatnya lebih tinggi yaitu perceived
responsibility, merupakan rasa tanggung jawab seseorang atau sesuatu yang
menurut pandangan umum bukan merupakan tanggung jawabnya, ia melakukan
semata-mata karena merasa telah menerima hak atas pekerjaan itu, dan karena
panggilan jiwa.3
Tanggung jawab atau responsibility, bisa berarti repons
to ability. Dapat dipahami bahwa tanggung jawab sejalan dengan tingkat
kemampuan seseorang dalam sebuah peran tertentu untuk menunjukkan respons dan
kepeduliannya atas apa yang menjadi peran yang dimainkannya. Tanggung jawab
adalah perbuatan yang kita lakukan dalam[1]
kehidupan sehari-hari dan merupakan kewajiban. Tanpa tanggung jawab, maka
kehidupan akan kacau. Misalnya saja, ada seorang pelajar yang tidak melakukan
tanggung jawabnya untuk belajar sebagaimana mestinya di lakukan seorang
pelajar, maka sekolahnya akan berantakan. Atau ada orang tua tidak menjalankan
kewajibannya sebagai orang tua untuk mencari nafkah bagi anak-anaknya dan tidak
mengajari anak-anaknya, tentu saja anak-anaknya akan mengalami kesusahan dan
mengalami kebodohan. Pentingnya tanggung jawab di dalam diri seseorang adalah
agar orang tersebut tidak mengalami kegagalan atau kerugian untuk dirinya
maupun orang lain. Karena dengan adanya tanggung jawab, kita akan mendapatkan
hak kita seutuhnya. Dengan tanggung jawab juga orang akan lebih memiliki siati
yang besar untuk kita, dengan sendirinya derajat dan kualitas kita di mata
orang lain akan tinggi kaena memiliki tanggung jawab yang besar. 4
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung
jawab. Disebut demikian karena manusia, selain merupakan makhluk individual dan
makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang
besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam
konteks sosial, individual atupun teologis. Dalam konteks sosial manusia
merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat
nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai
yang di perankan seseorang dalam jalinan sosial harus di pertanggung jawabkan
sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah di setujui bersama. Masalah
tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis.
Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab
terhadap dirinya ( keseimbangan jasmani dan rohani ) dan harus bertanggung
jawab terhadap Tuhannya ( sebagai penciptanya ) . Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih
kuat intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam.
Demikian tanggung jawab manusia terhadap Tuhan-nya timbul
karena manusia sadar akan keyakinannya terhadap nilai-nilai . Dalam hal ini terutama keyakinannya
terhadap
nilai yang bersumber dari ajaran agama. Manusia bertanggung jawab terhadap
kewajibannya menurut keyakinan agamanya. Tanggung jawab dalam konteks pergaulan
manusia adalaah keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang
berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur
terhadap dirinya dan juur terhadap orang lain, tidak pengecut dan mandiri.
Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui
seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau
berkorban demi kepentingan orang lain. Tanggung jawab erat kaitannya dengan
kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang di bebankan terhadap seseorang.
Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada
hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap
kewajibannya.
Pembagian kewajiban bermacam-macam dan berbeda-beda.
Setiap keadaan hidup menentukan kewajiban yang tertentu. Status dan peranan
menentukan kewajiban seseorang . kewajiban di bagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.
Kewajiban terbatas
: kewajiban ini tanggung jawabnya di berlakukan kepada setiap orang sama, tidak
dibeda-bedakan. Contohnya, undang-undang larangan membunuh, mencuri, yang di
sampingnya di adakan hukuman-hukuman.
2.
Kewajiban tidak
terbatas : kewajiban ini tanggung jawabnya di berlakukan kepada semua orang.
Tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab di jalankan
oleh suara hati, seperti keadilan dan kebajikan.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh
kebahagiaan, sebab dapat menunaikan kewajibannya . kebahagiaan tersebut dapat
di rasakan oleh dirinya sendiri atau orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak
bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan, sebab ia tidak mengikuti aturan ,
norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Problema utama yang di rasakan pada zaman
sekarang, sehubungan dengan masalah tanggung jawab, adalah berkaratnya atau
rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggung jawaban.
Orang yang bertanggung jawab itu adil atau mencoba untuk berbuat adil. Tetapi
adakalanya orang yang bertanggung jawab tidak dianggap adil karena runtuhnya
nilai-nilai yang di pegangnya.
Orang yang demikian tentu akan mempertanggung jawabkan
segala sesuatunya kepada Tuhan. Dia tidak nampak, tetapi menggerakkan dunia dan
mengaturnya. Jadi, orang semacan ini
akan bertanggung jawab kepada Tuhannya.5 Sedangkan orang yang
bertanggung jawab ( responsibility )adalah seseorang yang dapat di mintai
tanggung jawab, dapat di percaya, dan melakukan apa yang di harapkan dari orang
lain. Dengan kata lain, seorang yang bertanggung jawab, merespons ketika
diminta melakukan sesuatu.6
B.
Macam-macam
Tanggung Jawab
Menurut sifat dasarnya manusia dalah makhluk bermoral
tetapi manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi maka
manusia mempunyai pendapat sendiri, angan-angan itu manusia berbuat atau
bertindak. Dalam hal ini manusia tak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik di
sengaja maupun tidak., oleh karena itu dalam hal ini manusia harus bertanggung
jawab baik kepda dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Tuhan.
1)
Tanggung jawab
kepada dirinya sendiri
Segala sesuatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan,
terdapat akibat dan resiko yang harus di tanggung sendiri.
Contoh :
Radi membaca
sambil berjalan, meskipun sebentar-sebentar ia melihat jalan, tetapi juga ia
lengah dan terperosok ke sebuah lubang, hingga kakinya terkilir. Ia menyesali
dirinya sendiri akan kejadian itu. Ia harus beristirahat di rumah beberapa hari
konsekuensi tinggal di rumah beberapa hari merupakan tanggung jawab sendiri
akan kelengahannya.
2)
Tanggung jawab
kepada keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Kelurga adalah
suami-isteri, ayah-ibu, dan anak-anak. Tiap anngota keluarga wajib bertanggung
jawab kepada kelurganaya. Tanggung jawab
ini menyangkut nama baik kelurga, tetapi juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan dan kehidupan.
Contoh:
a.
Penyelewengan Dr.
Tono (Sukartono) kepada Yah, berarti tidak bertanggung jawab akan kewajibannya
sebagai suami. Sebaliknya, Tini, istri Tono yang kurang menghargai suaminya, juga
merupakan contoh tidak berbahagia istri.
bertanggung jawabnya sebagai istri. (Belenggu-A. Pane).
b.
Perbuatan guru Isa
mengambil barang-barang milik sekolah untuk dijual adalah merupakan pertanggung
jawabnya sebagai kepala rumah tangga, meskipun tanggung jawab itu sebenarnya
merupakan perbuatan yang melanggar norma hukum, norma susila, dan norma moral.
(Jalan Tak Ada Ujung-Mochtar Lubis).
3)
Tanggung jawab
kepada masyarakat
Satu kenyataan
pula, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia merupakan anggota masyarakat.
Karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan sebagainya manusia
terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya
harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.[2]
Contoh:
Tut telah
bertekad untuk berjuang meningkatakan derajat kaumnya dalam “Putri Sedar”, ia
bertekad bahwa apa pun yang terjadi atas dirinya tetap akan
dipertanggungjawabkan ..
“tidak, tidak, saya tiada boleh mendurhakai demikian
terhadap asas, tujuan dan pendirian saya sendiri”. Apa boleh buat jalan yang
sulit ini sudah saya pilih dari semula dan saya tiada boleh menyimpang lagi,
meski ke mana sekalipun saya dibawanya.” (Layar Terkembang).
4)
Tanggung jawab
terhadap Bangsa/Negara
Satu kenyataan
lagi, bahwa tiap manusia, tidak individual, adlah warga negara suatu negara.
Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh
norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat
berbuat semau sendiri, bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus
bertanggung jawab kepada negara.
Contoh :
Dalam novel
jalan tak ada ujung karya mochtar lubis, guru isa yang terkenal dengan guru
yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya.
Perbuatan guru isa ini harus pula di pertanggung jawabkan kepada pemerintah.
Kalau perbuatan itu, di ketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisisan dan
pengadilan. Selain itu, kasus korupsi yang sedang marak terjadi di negeri kita merupakan
perbuatan yang melanggar hukum karena telah merugikan negara, sehingga wajib mempertanggungkan perbuatannya kepada bangsa atau negara.
5)
Tanggung jawab
kepada Tuhan
Manusia ada
tidak dengan sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai
ciptaan Tuhan manusia dapat mengembangkan
diri sendiri dengan sarana-sarana pada dirinya yaitu pikiran, perasaan,
seluruh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya . Dalam mengembangkan dirinya
manusia bertingkah laku dan berbuat. Sudah tentu dalam perbuatanya manusia
membuat banyak kesalahan baik di sengeja maupun tidak. Sebagai hamba Tuhan, manusia harus bertanggung jawab
atas segala perbuatan yang salah itu dengan istilah agama atas segala dosa nya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia bersembahyang sesuai dengan perintah Tuhan.
Apabila tidak bersembahyang maka manusia itu harus mempertanggung jawabkan
kelalaiannaya di akhirat nanti.
Manusia hidup
dalam perjuangan , begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia tidak bekerja keras
untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus di pikul sendiri,
penderitaan akibat kelalaian adalah tanggung jawabnya. Meskipun manusia
menutupi perbuatannya yang salah dengan segala jalan sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya, misalnya dengan hartanya, kekuasaannya, atau kekuatannya ( ancaman ), namun manusia tak dapat lepas
dari tanggung jawabnya kepada Tuhan.7
C. Tanggung jawab dalam Pendidikan
Dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional di
sebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Guru bertanggung
jawab agar anak menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta menjadikan anak didiknnya menjadi manusia yang berakhlak mulia,
manusia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan di harapkan akan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Bagian akhir tujuan
pendidikan nasional adalah warga negara yang bertanggung jawab. Dalam
melaksanakan tanggung jawabnya, manusia dapat di lihat dari dua aspek, yaitu :
manusia sebagai makhluk Tuhan dan manusia dalam hubunganya dengan sesama
manusia dan alam.
1)
Manusia sebagai
Makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk Tuhan berkewajiban
untu melaksanakan segala perintahnya dan segala larangannya. Dalam hal ini
Allah telah memberi petunjuk melalui Al-Qur’an dan Sunnah, bagaimana manusia
harus beriman, bagaimana manusia harus menjalankan syariat Islam, dan
bagaimana manusia harus berbuat baik,
baik kepada Allah, berbuat baik kepada sesama manusia, maupun berbuat baik
kepada sesama makhluk lainnya, serta berbuat baik kepada alam dan
lingkungannya, dan tidak boleh merusak alam. Dan Pendidik sebagai makhluk Tuhan
dalam hidup dan kehidupannya senantiasa harus tunduk dan taat untuk
melaksanakan aturan-aturan Tuhan tersebut. Karena itu seorang guru sebagai
pendidik di sekolah, sudah seharusnya memahami nilai-nilai atau norma-norma
agama dan sekaligus sudah dapat melaksanakannya dalam segala aspek
kehidupannya.
2)
Manusia dalam hubungannya
dengan sesama manusia dan alam
Manusia
mempunyai kecenderungan kepada masyarakat dan kehidupan sosial.berkaitan dengan
hak dan kewajiban, tercermin manusia berbagai tanggung jawab manusia, seperti :
a.
Tanggung jawab
manusia terhadap Keluarga
Dalam
Al-qur’an Allah berfirman : “ Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu,penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa-apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang di perintahkan “. ( Qs.
At-Tahrim : 6 )
b.
Tanggung jawab
terhadap Sanak-Kerabat
Rasulullah SAW bersabda
: “Aku berpesan kepada umatku baik yang hadir maupun yang tidak hadir, maupun
yang kini mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah atau rahim ibu mereka
hingga hari kiamat, hendaklah mereka menjalin silaturahmi dengan sanak kerabat
mereka, karena silaturahmi merupakan bagian dari agama “
c.
Tanggung jawab
terhadap Tetangga
Rasulullah bersabda : “ siapa yang mengkhianati
tetangganya meskipun hanya sejengkal tanah maka Allah akan jadikan tanah itu
hingga tingkat ketujuh sebagai tali pelana di lehernya hingga Allah menghinakannya pada hari kiamat,
kecuali jika dia bertobat. Siapa saja yang menyakiti tetangganya maka Allah
haramkan wangi surga baginya dan tempatnya adalah neraka jahanam, dan itulah
seburuk-buruknya tempat “.
d.
Tanggung jawab
terhadap Ayah dan Ibu
Allah telah berfirman di dalam Al-qur’an : “ Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali –kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ ah “ dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah ,
“ Wahai Tuhanku , kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil “. ( QS. Al-Isra : 23-24 )
e.
Tanggung jawab
terhadap Anak
Kebaikan dan keburukan anak didunia ini akan dikaitkan
dengan orang tuanya. Maka dari itu, orang tua berkewajiban membantunya dalam
masalah akhlak yang baik, mengenak Allah dan ketaatan kepada-Nya, sehingga
berkenaan dengan anak hendaklah engkau seperti orang yakin akan mendapat pahala
jika berbuat kebajikan kepadanya dan
mendapat siksa jika berbuat kejelekan kapadanya. Selain itu, masih terdapat
berpuluh-puluh tanggung jawab sosial lainnya, seperti tanggung jawab pemerintah
terhadap rakyatnya dan tanggung jawab rakyat terhadap pemerintah, tanggung
jawab ulama’ terhadap masyarakat dan tanggung jawab masyarakat terhadap ulama’.
Dan tanggung jawab
atasan terhadap bawahan dan tanggung jawab bawahan terhadap atasan, tanggung
jawab yang tua terhadap anak-anak dan sebaliknya, tanggung jawab antara teman,
kaum muslim, anak yatim, dan para janda, dan tanggung jawab guru terhadap murid
atau tanggung jawab murid terhadap guru, dan masih banyak lagi bentuk dari
tanggung jawab.
f.
Tanggung jawab manusia terhadap Alam.
Manusia di takdirkan oleh Allah sebagi khalifah di muka
bumi. Sebagai khalifah manusia harus mampu mengelola alam, khususnya bumi dimana
manusia tinggal. Allah telah
menciptakan alam ini dan telah memberikan kemampuan kepada manusia untuk
menyingkap berbagai rahasia alam, dan memanfaatkannya untuk memnagun alam dan
kehidupannya yang lebih baik. Allah
telah berfirman : “ allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapa-kapal
dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari
sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menundukkan
untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya ( sebagai
rahmat ) dari-Nya . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir “. ( QS. A-Jatsiyah : 12-13
)
Allah telah menciptakan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang ada padanya , seperti gunung, sungai, berbagai macam bahan tambang
dan benda logam, berbagai jenis pohon dan tumbuhan, dan berbagai jenis binatang
daratan maupun lautan, baik yang jinak maupun yang buas, untuk dimanfaatkan
oleh manusia. Allah SWT telah menciptakan alam semesta dengan susunan yang
sangat teliti. Hal tersebut merupakan tanggung jawab besar pada pundak manusia.
Oleh karena itu, manusia harus menghargai segala nikmat Allah dan menggunakannya
pada tempatnya.
Manusia harus menganggap barang tambang itu sebagai
nikmat dari Allah, yang telah diciptakan
untuk dimanfaatkan oleh mereka , bukan untuk di hambur-hamburkan dan
disia-siakan, dan air, udara, tumbuhan, dan laut sebagai lingkungan hidup bagi
seluruh manusia dan hewan yang harus di jaga dari segala macam bentuk perusakan
dan pencemaran.
Seandainya manusia tidak memeliharanya, tidak menjaga
keseimbangan sistem lingkungan, akan timbul bencana bagi kehidupan manusia itu
sendiri dan segala bencana itu merupakan peringatan dari Allah kepada manusia . Hal tersebut
secara tertulis di nyatakan dalam Al-Qur’an”Telah lahir lah bencana di darat
dan di laut, karena ulah tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada sebagian
mereka dari balasan perbuatan yang mereka perbuat, mudah-mudahan mereka kembali
( bertaubat) “. ( QS. Al-Rum : 41 )8[3]
D.
Cara Membangun Sikap Tanggung Jawab
Cara membangun sikap tanggung jawab yaitu diantaranya :
1. Berikan tugas-tugas kecil pada anak, siswa, atau karyawan
anda.
2.
Kerjakan sesuatu
sampai tuntas.
3.
Rapikan tempat
bermain, belajar, bekerja selepas anda melakukan aktivitas.
4.
Mintalah maaf bila
anda melakukan suatu kesalahan.
5.
Laporkanlah hasil
kerja anda setiap menyelesaikan sebuah pekerjaan atau tugas yang diamanahkan
pada diri anda.
Sikap tanggung jawab harus dilatih dalam setiap pribadi
sehingga terbiasa untuk menunjukkan kinerja terbaik sebagai bagian pemenuhan
amanah yang telah di embankan atas dirinya. Beberapa ciri orang yang
bertanggung jawab antara lain :
a)
Selalu mengerjakan
pekerjaan atau tugas dengan cara terbaik, maksimal, dan penuh semangat. Bukan
melakukan sesuatu yang di bebankan atas denan asal jadi melainkan berkomitmen
untuk memberikan hasil yang terbaik sebagai bagian dari citra dirinya atas
amanah yang di terimanya.
b)
Tidak mudah
menyalahkan oang lain atas kesalahan dan kegagalan dalam pekerjaan yang menjadi
amanah atas dirinya.
Segala kesalahan yang terjadi di pahaminya sebagai
kesalahan pribadi bukan kesalahan orang lain sebagai akibat kurang optimalnya
dirinya dalam mengelola potensi yang ada ( diri atau lingkungan), kemudian dengan penuh
semangat berupaya untuk melakukan perbaikan dan pengembangan yang lebih baik di
masa yang akan datang.
c) Selalu mengerjakan tugas atau pekerjaan yang di embankan
pada dirinya dengan penuh kesungguhan , semangat, dan mengoptimalkan semua
potensi yang di miliki, serta mengerjakannya hingga tuntas dan tidak suka
meninggalkan pekerjaan di “ tengan jalan “.
d)
Membiasakan diri
untuk selalu bersemangat dalam mewujudkan apapun serta menjauhkan diri dari
sikap santai dan bermalas-malasan dalam menjalankan amanah atas dirinya.9
e)
Selain itu, cara
membangun sikap tanggung jawab kepada diri anak yaitu, berikan anak kebebasan
untuk memilih, maksudnya sebelum kita memberikan tanggung jawab kepada
anak-anak dan membiasakannya, maka
terlebih dahulu mereka harus mempunyai kesiapan untuk memikul beban tanggung
jawab. Untuk itu, mereka membutuhkan kebebasan bergerak. Biasanya berbagai
perilaku yang salah yang muncul dalam diri anak-anak penyebabnya adalah karena
mereka tidak mempunyai kebebasan untuk memilih berbagai aktivitas dan program kegiatan
mereka. Orang tualah yang menentukan aktivitas dan program kegiatan mereka,
mengarahkan anak-anak sesuai dengan maksud dan tujuan mereka.
Para orang tua yang mempraktekkan perilaku yang otoriter
terhadap anak-anak mereka, akan gagal dalam melatih anak-anak mereka untuk
memikul beban tanggung jawab , dan anak-anak akan menyerahkan tanggung jawab
kepada orang tua ketika dia mengalami kegagalan, dan dia lari menyelamatkan
dirinya. Yang paling penting adalah berikan anak kebebasan dan kepercayaan , dan
menghindari untuk menolongnya ketika muncul berbagai kendala dalam
kehidupannya, berikan kesempatan baginya untuk menghadapi berbagai kendala
dalam kehidupannya, berikan kesempatan baginya untuk menghadapi berbagai
persoalannya sendiri, dan mencari cara yang tepat untuk menanganinya.
Yang paling baik adalah apabila kita biarkan dia
menyelesaikan apa yang sedang dia lakukan, tanpa ada campur tangan diri kita,
kecuali apabila dia telah berkali-kali mencoba untuk menyelesaikan persoalannya
akan tetapi dia tetap tidak berhasil, maka kita berikan dia kunci jalan keluar,
dan kita berikan bantuan kepadanya berupa isyarat bukan dengan cara
terang-terangan dan langsung. Dengan
cara yang seperti itu, kita menghindari anak dari ketergantungan kepada
keluarganya, dan sengaja memberikan tanggung jawab kepadanya untuk berusaha
mencari jalan keluar yang tepat bagi persoalannya. Dengan memberikan anak
kebebasan untuk memilih, menjadikan dia mampu untuk mengambil keputusan
sendiri, meskipun terkadang dia melakukan beberapa kesalahan . yang terpenting
, dia mampu melewati permasalahannya , dan dia dapat menyelami dasar dirinya
dalam rangka mencari lebih banyak lagi sumbangsih yang akan dia berikan dari dalam
dirinya. Dengan begitu , lahir dalam dirinya rasa percaya diri dan
perasaan berhasil. Yang dapat memberikan perasaan yang seperti itu pada
seseorang adalah apabila dia berhasil dalam melaksanakan tugasnya, dan berhasil
mengatasi berbagai kesulitan yang di hadapi dalam pekerjaanya.
Para ibu yang melarang anaknya melaksanakan berbagai
tanggung jawab, mereka mengira bahwa dengan begitu mereka telah membebaskan
anak-anak mereka dari tanggung jawab, demi memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk bermain dan menikmati masa kanak-kanak mereka. Pemahaman
seperti itu perlu ditinjau kembali, karena menyebabkan kemampuan dan
perkembangan kepribadian anak terganngu, yang membuat si anak selalu
tergantung kepada orang lain untuk
melaksanakan keperluannya, dan tidak mampu menanngung beban tanggung jawab dan
keberhasilannya di masa depan. Jika
seorang bapak ingin menugaskan anaknya untuk belajar , maka jangan memaksanya
untuk belajar, maka jangan memaksanya untuk belajar di waktu yang tidak di
inginkan oleh anak, akan tetapi pilih waktu belajar-nya diantara waktu setelah
dia pulang sekolah atau pada waktu sore hari. Bisa juga di berikan kebebasan
baginya untuk membuat jadwal yang sesuai dengan masa waktu yang dia pandang
bahwa dia mampu untuk belajar dengan baik pada saat itu.
Jadi, dengan menegembangkan jiwa tanggung jawab yang
hakiki dalam diri anak, menjadikan orang tua terhindar dari menggunakan
perintah-perintah yang keras dalam menghadapi anak-anak, seperti “ jangan
nyalakan televisi “ dan berbagi perintah yang lainnya untuk mempengaruhi bentuk
hubungan antara orang tua dan anak. Maka dari itu, berikan kesempatan kepada
anak untuk memilih pekerjaan yang akan mereka lakukan , jadikan mereka suka
untuk melaksanakan apa yang telah mereka
pilih, sehingga mereka merasa bahagia karena mereka melakukan sesuatu bukan
atas dasar perintah dan terpaksa demi melaksanakan apa yang dikatakan oleh
orang tua mereka.10
E. Disipin dan
Pendidikan Disiplin
Disipin diri adalah
sebuah cara untuk membuat impian seseorang menjadi kenyataan., dan merupakan
cara untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Disiplin diri merupakan suatu
siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus
secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan.
Disiplin diri dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten
dan berkesinambungan akan menjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada
tercapainya keunggulan. Keunggulan membuat kita memiliki kelebihan yang dapat
kita gunakan untuk meraih tujuan hidup yang menentukan masa depan kita.
Sikap disiplin dapat mengantarkan seseorang
pada jalan kesuksesan, karena orang yang beridisiplin akan bersikap teguh dalam
menjalani niat dan cita-cita yang ingin
diraihnya. Disipin mampu menjaga agar setiap tindakan yang di lakukan tetap
berada pada jalan menuju tujuan akhir yang ingin di capai, bahkan mampu menjaga
tujuan akhir itu sendiri. Kedisiplinan
akan terbangun dengan niat yang kuat, motivasi yang utuh dan sungguh-sungguh,
serta kesadaran akan alasan dari penetapan tujuan akhir yang ingin di capai.
Sementara ketidaksiplinan akan menjadikan jalan menuju tujuan akhir semakin
jauh dan berliku karena sikap yang tidak konsisten, bahkan dapat mendatangkan
malapetaka bagi dirinya. Mereka yang
tidak berdisiplin di jalan raya akan mengalami kecelakaan, eorang pengusaha yang
tidak berdisiplin dalam menjalankan roda bisnis dan keuangan usaha akan menemui
jalan kegagalan. Demikianlah kedisiplinan menjadi kunci utama dalam menggapai
sukses dari sikap tindakan dan profesi apapun.
Sikap disiplin
merupakan proses hasil dari sebuah
perjalanan waktu. Artinya sikap itu muncul berkaitan dengan bagaimana seseorang
menggunakan waktunya dengan baik untuk tetap menjalankan setiap tindakannya
sesuai dengan apa yang ingin di capai dari tujuan yang telah di tetapkan.
Sehingga sikap itulah yang kemudian menjadi kebiasaan hidup. 11[4]
Pembentukan dan
perkembangan kepribadian seseorang, terutama pada periode sampai usia limatahun
sanat penting, dan ini dapat dilatih melalui serangkaian program, seperti
bersosialsasi, juga menyangkut rasa percaya diri, prestasi, rasa bangga,
disiplin, mandiri dan tanggung jawab. Disiplin dan mandiri, dapat menghasilkan
daya kreatifitas yang sangat berarti apabila hal ini di pupuk sejak usia dini. Disiplin
yang terbaik untuk di tanamkan dalam
usia ini, ajarkanlah anak-anak mulai mengucapkan kata-kata thoyyibah , misalnya
Bismilah dan lain sebagainya. Biasakanlah menerima segala sesuatu dari orang
lain dengan tangan kanan. Kebiasaan tersebut di atas sangat baik untuk
ditanamkan kepada anak-anak sebagai perilaku disiplin, hingga anak mencapai
usia tujuh tahun, yakni ketika anak mulai mengerjakan shalat. Karena dengan di
mulainya mengerjakan shalat pada usiaini, maka anak mulai di tanamkan untuk
menghargai waktu. Selain menghargai waktu, dengan mengerjakan shalat anak-anak
akan terbiasa dengan sikap disiplin sebagai berikut :
1.
Bersih, yaitu
bersuci dengan wudhu, membersihkan muka, tangan dan kaki,dan sebagainya.
2.
Belajar menutup
aurat dan Menghormati pimpinan atau imam.
3.
Mengingat Allah
yang dapat memberikan ketenangan pikiran yang sangat berguna terutama bagi remaja.
4.
Shalat sesungguhnya mencegah orang yang berbuat
kejahatan dan larangan ( yang mungkar ) . 12
E. Cara Melatih
Sikap Disiplin
Hal yang perlu diperhatikan agar muncul sikap disiplin,
adalah memiliki beberapa kompetensi sikap sebagaimana berikut :
1.
Kejelasan tujuan
yang akan diraih. Semakin jelas sebuah tujuan maka akan mampu mengarahkan anda
pada sebuah sikap yang harus teru secara konsisten dibangun walau banyak
rintangan yang muncul dalam perjalanan itu.
2.
Memiliki niat yang
kuat untuk mencapai tujuan. Niat atau dorongan hati aan menjadikan kita terus
melakukan apa yang kita yakini dalam niat itu. Dorongan hati untuk mengejar
impian itulah yang akan dengan sendirinya mendisiplinkan diri kita, agar terus
berupaya menapaki jalan menuju impian itu. Disiplin jalan yang harus di lalui
oleh mereka yang mendambakan menjadi sang pemenang kehidupan .
3.
Penetapan skala prioritas. Seseorang yang
berkeinginan kuat untuk mencapai impian, maka harus memiliki sebuah sikap
secara seektif, dan tidak sembarangan mempergunakan waktunya. Kita harus memilih sebuah tindakan mana yang dapat
mengantarkan pada tujuan pencapaian dan mana yang malah menjauhkan dari tujuan
pencapaian itu.
4.
Tekun dan sabar
dalam menapaki jalan sukses yang di yakini. Ketekunan dan kesabaran akan
membuahkan hasil yang gembilang, karena ketekunan akan membuat seseorang
bersedia untuk terus belajar dari sebuh kesalahan dan kegagalan. Beragam
masalah yang menghadang akan dinilai sebagai sebuah cara untuk
meningkatkan kompetensi dan kemampuan dalam menggapai mimpi yang di
inginkannya. Demikianlah kekuatan kesabaran dan ketekunan akan mampu membuka
pintu kesuksesan bagi siapa saja yang menapakinya. Jadi, untuk melatih anak
perlu menanamkan sikap sabar dan tekun karena akan membuka jalan kesuksesan.13
III. Kesimpulan
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Sebagaimana di jelaskan di dalam kitab suci
Al-qur’an “ apakah manusia itu akan di biarkan begitu saja ( tanpa
pertanggung jawaban) ? ” ( Qs. Al-qiyamah : 36 ). Dan dalam kehidupan
sehari-hari bertanggung jawab pada umumnya di artikan sebagai “ berani
menanggung risiko ( akibat ) dari suatu perbuatun atau tindakan
yang di lakukan “.
Pentingnya tanggung jawab di dalam diri seseorang adalah
agar orang tersebut tidak mengalami kegagalan atau kerugian untuk dirinya
maupun orang lain. Karena dengan adanya tanggung jawab, kita akan mendapatkan
hak kita seutuhnya. Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban
adalah sesuatu yang di bebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan
bandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung
jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya. Status dan
peranan menentukan kewajiban seseorang . kewajiban di bagi menjadi dua bagian,
yaitu : Kewajiban terbatas dan Kewajiban
tidak terbatas. Problema utama yang di rasakan pada zaman sekarang, sehubungan
dengan masalah tanggung jawab, adalah berkaratnya atau rusaknya perasaan moral
dan rasa hormat diri terhadap pertanggung jawaban.
Menurut sifat dasarnya manusia dalah makhluk bermoral
tetapi manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi maka
manusia mempunyai pendapat sendiri, angan-angan itu manusia berbuat atau
bertindak. Dalam hal ini manusia tak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik di
sengaja maupun tidak., oleh karena itu dalam hal ini manusia harus bertanggung
jawab baik kepada dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Tuhan. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional di sebutkan
bahwa tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Guru bertanggung
jawab agar anak menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta menjadikan anak didiknnya menjadi manusia yang berakhlak mulia,
manusia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan di harapkan akan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Sedangkan Cara membangun
sikap tanggung jawab yaitu diantaranya :
1.
Berikan tugas-tugas
kecil pada anak, siswa, atau karyawan anda.
2.
Kerjakan sesuatu
sampai tuntas.
3.
Rapikan tempat
bermain, belajar, bekerja selepas anda melakukan aktivitas.
4.
Mintalah maaf bila
anda melakukan suatu kesalahan.
5.
Laporkanlah hasil
kerja anda setiap menyelesaikan sebuah pekerjaan atau tugas yang diamanahkan
pada diri anda.
Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita
lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus secara berkesinambungan
sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Sikap disiplin dapat
mengantarkan seseorang pada jalan kesuksesan, karena orang yang beridisiplin
akan bersikap teguh dalam menjalani niat dan cita-cita yang ingin diraihnya. Hal yang perlu diperhatikan
agar muncul sikap disiplin, adalah memiliki beberapa kompetensi sikap
sebagaimana berikut :
1.
Kejelasan tujuan
yang akan diraih. Semakin jelas sebuah tujuan maka akan mampu mengarahkan anda
pada sebuah sikap yang harus teru secara konsisten dibangun walau banyak
rintangan yang muncul dalam perjalanan itu.
2.
Memiliki niat yang
kuat untuk mencapai tujuan. Niat atau dorongan hati aan menjadikan kita terus
melakukan apa yang kita yakini dalam niat itu.
3.
Penetapan skala prioritas. Seseorang yang
berkeinginan kuat untuk mencapai impian, maka harus memiliki sebuah sikap
secara selektif, dan tidak sembarangan mempergunakan waktunya.
4.
Tekun dan sabar dalam menapaki jalan sukses
yang di yakini, karena ketekunan akan membuat seseorang bersedia untuk terus
belajar dari sebuh kesalahan dan kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan , Maimunah.
2001, Membangun Kreativitas Anak Secara Islami ,Yogyakarta : Bintang
Cemerlang
Misbah Utsman, Akram. 2005, 25 Kiat
Membentuk Anak Hebat, Jakarta : Gema Insani Press
Munir,Abdullah,dkk.
2010, Pendidikan Karakter , Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Sadulloh,Uyoh,dkk.
2010, Pedagogik . Bandung : Alfabeta
Saleh, Muwafik.
2012, Membangun Karakter dengan Hati
Nurani , Jakarta: Erlangga
Samani Muchlas,
Hariyanto. 2011, Pendidikan Karakter, Bandung
: Remaja Rosdakarya
Sears, William.2004, Peranan Orang Tua dalam Mewujudkannya, Jakarta : Emerald Publishing
Widagdho , Djoko. 1988, Ilmu Budaya Dasar , Jakarta : Bumi Aksara
2 Drs.
Uyoh Sadulloh,dkk. Pedagogik , (Bandung : Alfabeta, 2010) , hlm 175-176.
3 Abdullah Munir,dkk. Pendidikan
Karakter , (Yogyakarta : Pustaka Insan Madani , 2010), hlm 90-91.
4 Muwafik
Saleh. Membangun
Karakter dengan Hati Nurani , (Jakarta:
Erlangga ,2012), hlm 320-32.
6 William Sears. Peranan
Orang Tua dalam Mewujudkannya, (Jakarta : Emerald Publishing,2004),hlm 400.
8 Drs. Uyoh Sadulloh dkk. Pedagogik ,
( Bandung : Alfabeta, 2010), hlm 179-183.
9 Muwafik Saleh . Membangun Karakter dengan Hati Nurani , (Jakarta: Erlangga, 2012) , hlm 321-322
10 Akram Misbah Utsman . 25
Kiat Membentuk Anak Hebat, ( Jakarta :
Gema insani press, 2005), hlm 169-171.
11 Muwafik Saleh . Membangun Karakter dengan Hati Nurani , (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm
296-300
12 Maimunah
Hasan . Membangun Kreativitas Anak Secara Islami , ( Yogyakarta :
Bintang Cemerlang , 2001), hlm 50-54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar